30 Desember 2008

SEKITAR SHALAT JUM'AT

1. Adzan dua kali
Pada zaman Rasulullah Adzan shalat Jum'at hanya sekali, yaitu ketika Khatib telah naik ke atas mimbar dan duduk. Muadzin malaksanakan adzan di depan khatib. Ketika zaman Utsman bin Affan karena banyaknya umat Islam di kota Madinah, maka beliau menganjurkan adzan pertama untuk tujuan mengingatkan kepada penduduk Madinah akan masuknya waktu shalat Jum'at, agar mereka bergegas ke Masjid. (H.R. Bukhari, Baihaqi dll). Pendapat Usman ternyata tidak ditentang para sahabat lain yang ada saat itu, sehingga ini merupakan Ijma' Sahabat.
عن الزهري قال سمعت السائب بن يزيد يقول إِنَّ الاَذَانَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ كَانَ اَوَّلُهُ حِيْنَ يَجْلِسُ الإِمَامُ يَوْمَ الجْمُْعَةِ عَلَى الْمِنْبَرِ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلم وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رضي الله عنهما فَلَمَّا كَانَ فِيْ خِلَافَةِ عُثْمَانَ بن عَفّاَنَ رضي الله عنه وَكَثُرُوْا اَمَرَ عُثْمَانُ يَوْمَ الْجُمْعَةِ بِالْأَذَانِ الثَّالِثِ فَأُذِّنَ بِهِ عَلَى الزَّوْرَاءِ فَثَبَتَ الْاَمْرُ عَلَى ذَلِكَ ( صحيح البخارى )
Dari Al-Zuhri, ia berkata, “Saya mendengar dari Al-Sa’ib bin Yazid, beliau berkata : “Sesungguhnya adzan di hari Jum’at pada asalnya ketika masa Rasulullah SAW, Abu Bakar RA, dan Umar RA dilakukan ketika Imam duduk di atas mimbar. Namun ketika masa Khalifah Utsman RA dan kaum muslimin sudah banyak, maka beliau memerintahkan agar diadakan adzan yang ketiga. Adzan tersebut dikumandangkan di atas Zaura; (nama pasar), maka tetaplah perkara tersebut (sampai sekarang). (Shahih Bukhari, 865).[1]
Apa yang dilakukan Sahabat Utsman RA tersebut adalah ijma’ sukuti karena para sahabat yang lain tidak menentang kebijakan tersebut. Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk mengikuti ijtihadnya Sahabat Utsman RA, yaitu mengumandangkan adzan dua kali. ’Mengikuti ijtihad Sahabat Utsman ra dan sahabat-sahabat yang lain adalah perintah Rasulullah SAW. Hal ini sesuai dengan Hadits :
فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيْنَ
“Maka hendaklah kamu berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah al-Khulafa’ Al-Rasyidin sesudahku (Musnad Ahmad bin Hambal, 16519).[2]
2. Bilal
Bilal atau muraqqi adalah termasuk amalan yang dianjurkan, sebab hal ini pernah dilakukan Rasulullah SAW.
Syekh Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwirul Qulub hal. 179 mengatakan : Menjadikan seorang sebagai muraqqi/bilal pada hari Jum’at baru dilakukan pada abad pertama hijriyah. Namun sesungguhnya Rasulullah SAW pernah menyuruh sesorang untuk meminta perhatian orang banyak agar menyimak khutbah beliau di Mina ketika haji wada’. Inilah sebenarnya hakekat bilal/muraqqi itu, sehingga pelaksanaannya sama sekali tidak bisa digolongkan sebagai bid’ah........ “[3]
Sesuai dengan perkataan Syekh Muhammad Amin al-Kurdi ini, maka yang dianjurkan untuk dibaca oleh seorang bilal/muraqqi adalah hadits yang berkaitan dengan peringatan itu. Misalnya :
عن ابي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ " اَنْصِتْ " وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
Dari Abi Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ Apabila engkau katakan kepada temanmu pada hari Jum’at “diam (dengarkan khutbah)” sewaktu imam berkhutbah, maka sesungguhnya sia-sialah jum’atannya. (HR Bukhori 882)[4]
Dengan demikian muraqqi/bilal Jum’at tidak dilarang dalam agama, bahkan dianjurkan, karena ada tujuan terpuji dibalik pelaksanaannya, dan Rasulullah juga pernah melakukannya.
3. Khatib Memegang Tongkat
Memegang tongkat bagi khatib ketika berkhotbah adalah sunnah, karena Rasulullah juga pernah melakukannya. Berdasarkan hadits Rasulullah SAW :
عن سعيد بن عائد : اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا خَطَبَ فِي الْحَرْبِ خَطَبَ عَلَى قَوْسٍ وَإِذَا خَطَبَ فِيْ الْجُمْعَةِ خَطَبَ عَلَى عَصًا[5]
Diriwayatkan dari Sa’id bin A’idz: “Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika berkhutbah dalam kondisi perang beliau memegang busur panah. Dan manakala berkhutbah untuk shalat Jum’at beliau memegang tongkat”. (Sunan Ibn Majah, 1096).
عن شعيب بن زريق الطائفي قال شَهِدْنَا الْجُمْعَةَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصًا اَوْ قَوْسٍ ( رواه ابو داود)
Dari Syu’aib bin Zuraiq al-Tha’ifi ia berkata : “Kami menghadiri shalat Jum’at pada suatu tempat bersama Rasulullah SAW. Maka beliau berdiri berpegangan pada sebuah tongkat atau busur panah.” (Sunan Abi Dawud, 824)[6]
KESIMPULAN :
1. Berdasarkan yang pernah diperintahkan Sahabat Utsman bin Affan ra, adzan Jum’at dua kali disunnahkan. Karena mengikuti Khulafaurrasyidin adalah perintah Nabi SAW.
2. Muraqqi / bilal jum’at tidak dilarang, bahkan dianjurkan.
3. Bagi Khatib disunahkan memegang tongkat
[1] Shahih Bukhari, CD, , (hadits no 865), dalam KH. Muhyiddin, Fiqih Tradisional, Surabaya, Khalista, 2005, hal. 124
[2] Musnad Ahmad bin Hambal, CD, hadis ke 16519, dalam KH. Muhyiddin, Fiqih Tradisional, Surabaya, Khalista, 2005. hal. 126
[3] Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi, Tanwirul Qulub, Darul Kutub Al-Arabiyah Indonesia, tt,
[4] Shahih Bukhari, CD, , (hadits no 882), dalam KH. Muhyiddin, Fiqih Tradisional, Surabaya, Khalista, 2005, hal. 126
[5] Sunan Ibn Majah I, Beirut, Dar el Fikr, tt. Hal. 354 Hadis ke 1107
[6]Imam Muhammd bin Ismail As-Shan’ani, Subulus Salam II, Beirut, Al-Maktabah Al-Ashriyah, 2000, hal. 124 dan juga dalam KH. Muhyiddin, Fiqih Tradisional, Surabaya, Khalista, 2005, hal. 130

07 Desember 2008

TENTANG JILBAB

Assalaamu'alaikum gus...Langsung mawon, saya punya teman perempuan yang sedang dalam persimpangan antara memakai jilbab dengan segera atau menunda memakainya. Mengingat lingkungan dan keinginan-keinginannya menyebabkan dia menjadi terombang-ambing untuk segera mengenakan jilbab.Nah, kula nyuwun pirsa bagaimana menjelaskan kepadanya tentang kewajiban memakai jilbab tersebut? dan saya berharap bisa menyampaikan kepadanya dengan bahasa yang "enak" (dengan bahasa perempuan) sehingga nantinya tidak malah memadamkan ghirah keislamannya.Matur nuwun sanget, sungkem kawulolWassalaamu'alaikum.
Penanya : Asyrof Syarifuddin (Asyrof)
Jawab:
Wa'alaikumussalam WaramatuLlahi WabarakatuhMenutup aurat adalah wajib. Dan pakaian yang paling menutup aurat wanita, sampai saat ini memang pakaian yang disebut jilbab itu. Soal menutup aurat pada wanita memang ada khilaf, perbedaan pendapat di kalangan ulama. Dan kebanyakan ulama berpendapat bahwa aurat wanita itu seluruh badan kecuali wajah dan kedua telapak tangan. (Perbedaan pendapat ulama dalam hal ini bermula dari perbedaan penafsiran terhadap ayat QS 24, An-Nur:31. Lebih lanjut baca misalnya, "Kitab Al-Fiqh 'alaa Al-Madzaahib Al-Arba'ah" jilid I hal. 101 - 192 atau :Bidayah Al-Mujtahid" jilid I hal. 114 - 115)Umumnya wanita kita, termasuk yang muslimah, memang masih sulit atau berat memakai pakaian yang menutup aurat seperti jilbab itu. Sebab sudah terlalu lama terbiasa dengan "mode" pakaian ala "Barat". Maklumlah tiga setengah abad kita diajajah Barat dan setelah merdeka kita pun lebih banyak berguru ke Barat. Apa yang dianggap baik oleh Barat, tentunya baik bagi orang kita yang sadar atau tidak sadar sudah terlanjur terpesona dengan kehebatan Barat.Di lain pihak, karena Nabi Muhammad saw berasal dari Arab dan Al Qur'an berbahasa Arab, maka banyak di antara kita yang tidak bisa membedakan antara Islam dan Arab. Lalu, jilbab pun tidak dilihat sebagai pakaian yang menutup aurat, tapi dianggap sebagai pakaian orang Arab.
Anda yang lebih mengetahui lingkungan teman perempuan Anda. Pastinya anda yang lebih tahu menyampaikannya dengan bahasa yang bisa diterima teman perempuan Anda.
Wassalamu'alaikum WarahmatuLlahi Wabarakatuh

06 Desember 2008

KHUTBAH IDUL ADHA BAHASA JAWA

Keteladanan dan Keteguhan Nabiyullah Ibrahim AS
اللهُ أكْبَرُ × 9 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.لْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَلَهُ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْهِ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَهُ وَنَخْشَى عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَهُ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ أن لاَّ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهم صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيدنا محمد وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.أما بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ
Hadirin Jama’ah Idul Adha ingkang dimuliaken Allah,
Wonten enjing ingkang kebak berkah lan rahmat meniko, kita kempal menika keranten jumenengaken shalat ‘Idul Adha. Nembe mawon kita ruku’ lan sujud minangka wujud taat kita dateng Allah SWT. Kita agungaken asma Allah, kita kumandangaken takbir lan tahmid wonten ing musholla-musholla lan masjid-masjid. Takbir ingkang kita ucapaken boten namung obahe lambe tanpo arti. Ananing minangka pengakuan ingdalem hati, ingkang saget gumeteraken dateng manah tiyang ingkang sami iman dateng Allah SWT. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Boten wonten ingkang patut di sembah sak lintunipun Allah.
Pramilo, lewat mimbar menika kula ngajak dateng diri kula piyambak lan ugi dateng hadirin sekalian: Mangga kita sujud wonten ngarso dalem Allah Kang Maha Agung. Kita bucal tebih-tebih raos gumedhe lan sombong ingkang saget nebihaken kita saking rahmatipun Allah SWT. Nopo kemawon jabatan kita, menawi dipun bandingken kalian Allah SWT kita menika alit tur sanget. Senahoso kita meniko gagah prakosa, kita meniko lemah, ringkih menawi dipun bandingaken kalian Allah Kang Maha Kuat. Menawi kita meniko tiyang ingkang berkuasa, gadah jabatan nginggil, gadah pengaruh ageng, ananging menawi dipun bandingaken dateng Allah Kang Maha Kuwaos kita menika boten saget nopo-nopo
Hadirin Jama’ah Idul Adha ingkang dimuliaken Allah,
Idul Adha ingkang kita rayaaken saben tanggal 10 Dzulhijjah ugi dikenal kanti sebutan “Hari Raya Haji”, sebab kaum muslimin ingkang nindaaken haji nembe nglampahi rukun haji ingkang utami, inggih meniko wukuf wonten arafah. Sedaya ngagem pakaian serba putih lan boten jahitan, ingkang disebat pakaian ihram, nglambangaken persamaan akidah lan pandangan hidup, anggadahi tatanan nilai inggil, inggih meniko nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Boten saget dibentenaken, sedaya ngrumahosi sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, kanti sareng-sareng mahos kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Kejawi dipun wastani hari raya haji, ugi diwastani “Idul Qurban”, keranten Idul Adha merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Arti Qurban inggih meniko paring peparingan minangka raos remen lan demen dateng tiyang sanes, senahoso kedah menderita. Tiang sanes wau saget putranipun, tiang sepahipun, keluarganipun, lan sedaya sesami tiang Islam sebangsa se tanah air. Wonten malih pengorbanan ingkang ditujuaken dateng agami ingkang ateges untuk Allah SWT lan menikolah pengorbanan ingkang inggil drajatipun. Kados ingkang sampun dipun tuladhaaken deneng kanjeng Nabi Ibrahim AS.
Hadirin sidang sholat Idul Adha ingkang dipun muliaaken Allah
Enjing meniko sedaya umat Islam sak ngalam donya sami ngagungaken asmanipun Allah, sedaya sami ngetingalaken kebahagiaanipun, jaler estri sepuh anem sedaya medal saperlu bade jumenengaken shalat Idul Adha, utawi idul qurban. Peristiwa mekaten menika ngemutaken dateng kita sedaya supados neladani perjuanganipun Kanjeng Nabi Ibrahim alaihis salam ingkang sampun dipun serat wonten Al-Qur'an. Sejarah rasul ingkang jejuluk kekasih Allah (Kholilullah) niki , diserat damel tinta emas wonten buku-buku sejarah. Sikap tabah lan teguhipun ingdalem nglampahi perintah Allah, andadosaken Nabi Ibrahim sebagai panutan umat sepanjang zaman.
Dawuhipun Gusti Allah SWT wonten Al-Qur'an :
“Sak temene wus ana suri tauladan kang apik kanggo sliramu ing dalem pribadine Ibrahim lan wong-wong kang bareng-bareng melu Ibrahim“ (QS. Al-Mumtahanah : 4)
Wonten ing ayat lintu ugi dipun sebataken bilih Nabi Ibrahim meniko dadi sebutan apik utawa kembang lambe nganti akhir zaman. Ayat Al-Qur'an Ingkang artosipun :
Ingsun abadiaken kangge Ibrahim iku (pujian kang apik) ingdalem kalangane wong-wong kang keri.“ (QS. As-Shofat : 108)
Ing dalem ayat kalih menika, cetha sanget yen sak temene Gusti Allah sangat mulyaaken dateng Nabi Ibrahim, sahingga Nabi Ibrahim lah ingkang dijuluki bapake para Nabi, ugi bapake umatipun Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Wonten punapa kok Gusti Allah ngantos semanten agenge anggenipun mulyaaken Kanjeng Nabi Ibrahim ? Nopo keranten Banda? Keturunan ? kekuatan ? utawi keperkasaan ? Ah, ternyata sanes. Nabi Ibrahim dikenang hingga akhir zaman sebab keteguhanipun gondheli amanah Allah, lan keikhlasanipun ngorbanaken sedaya nopo kemawon demi Allah SWT.
Hadirin jamaah Idul Adha rahimakumullah
Sejarah hidup Nabi Ibrahim adalah sejarah manusia ingkang sukses ingdalem nglampahi pagesangan, senajan wiwit nol. Sukses berdakwah nalika kawontenan susah lan sukses menjaga amanah nalika sampun badhe ngrahosaken hasil dakwahipun.
Nabi Ibrahim nalikane dakwah nemahi rintangan ingkang amrat, panjenganipun ngadepi mengsah ingkang kiat inggih menika penguasa ingkang dzalim. Panjenangipun kedah nglampahi hukuman ingkang boten enteng, lan boten mungkin saget slamet, menawi boten angsal izinipun Allah SWT.
Setia anjagi garwanipun ingkang nembe ngandut putranipun. Ngrencangi estrinipun ngantos dumugi daerah ingkang tebih sanget. Keranten sedaya menika anderek dhawuhipun Gusti Allah swt., senahoso mekaten panjenenganipun taksih tetap berdakwah menyerukan ummatipun supados tetep wonten margi ingkang leres lan diridloi Allah swt.
Hadirin rahimakumullah,….
Cobaan kados mekaten meniko dereng sepintenipun menggahipun kanjeng Nabi Ibrahim. Cobaan ingkang langkung amrat tumprapipun Nabi Ibrfahim inggih menika, naliko nglampahi printahipun Allah kedah ngorbanaken putra ingkang paling dipun sayangi, nggih Ismail. Ismail kedah dikorbankan kepada Allah kanthi dipun sembelih. Kerelaan Nabi Ibrahim menyembelih puteranipun menikalah ingkang terus kita peringati ngantos sak mangke wonten ing wulan Idul Adha.
Hadirin jamaah Idul Adha ingkang dirahmati Allah
Wonten zaman sak meniko, pengorbanan Nabi Ibrahim kasebat kedah tetep kita apresiasiken, kita wujudaken. Baik dalam bentuk ubudiyah mahdoh kanthi nglampahi ibadah haji kagem ingkang sampun mampu, sarta berkurban hewan ternak kagem tiang Islam ingkang kagungan kecukupan bondo kagem qorbanKejawi menika kita ugi tetep kedah terus menerus menginterpretasikan kisah keteguhan, ketaatan lan katabahan Nabi Ibrahim kasebat wonten zaman kita gesang menika. Ketabahan Nabi Ibrahim untuk merelakan puteranya saget kita wujudaken wonten kerelaan kita berbagi kebahagiaan kalian para tetanggi, lingkungan lan sederek-sederek umat Islam lintunipun. Kados tiang-tiang Islam sederek kita ingkang sak menika nindakaken ibadah haji ugi nglaksanaaken nyembelih hewan kurban.
Kanthi keterangan menika sampun cetha, bilih syari'atipun Allah ingkang sampun kalampahan awit zaman Nabi Ibrahim menika anggadhahi manfaat ingkang kathah sanget kagem umat manusia seluruh dunia. Manfaat segi ekonomi, sosial utawi kebudayaan. Tiang-tiang ingkang nglampahi ibadah haji wonten tanah suci terlibat secara universal kalian umat Islam sak donya, malah kalian umat-umat non Muslim. Sedaya ingkang dipun karuniai kesempatan berhaji minangkani duta umat Islam saking seluruh pelosok dunia. Sedaya ngetingalaken dateng umat sanes rasa persatuan lan persaudaraan, senahoso dateng umat sanes non muslim. Kagem kita ingkang dereng dipun paringi kesempatan Allah nindakaken ibadah haji dateng tanah suci Makkah wonten tahun menika, ugi gadah tugas menyampaikan pesan persaudaraan lan persatuan, yakni kanthi ambagi kesenengan lan kebahagiaan dateng tiang-tiang ingkang kawontenanipun taksih gesang kanthi serba kekurangan. Firman Allah SWT :
`s9 tA$uZtƒ ©!$# $ygãBqçté: Ÿwur $ydät!$tBÏŠ `Å3»s9ur ã&è!$uZtƒ 3“uqø)­G9$# öNä3ZÏB 4 y7Ï9ºx‹x. $ydt¤‚y™ ö/ä3s9 (#rçŽÉi9s3çGÏ9 ©!$# 4’n?tã $tB ö/ä31y‰yd 3 ÎŽÅe³o0ur šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÌÐÈ
37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Hajj: 37)
Pesan rohani wonten ayat menika inggih menika, supados kita langkung aktif lan bertanggungjawab dadosaken lingkungan ingkang penuh persaudaraan lan gesang kanthi kasih sayang terhadap sesami.
Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Kecintaan lan ketaatan menika kalih perkawis ingkang boten saget dipun pisah. Imam Al-Baidhawi ngendika : "Cinta inggih menika kepinginan nglampahi taat", Lajeng Syekh al-Zujaj ugi ngendikan : "Cinta manusia dateng Allah lan Rasul-ipun inggih menika mentaati perintah-perintahipun lan ridha dateng sedaya perintah Allah lan ajaran ingkang dipun asto Rasulullah" Artosipun, kecintaan lan ketaatan dateng Allah boten mungkin diwujudaken tanpa pengorbanan. Dados, boten wonten cinta tanpa ketaatan, lan boten wonten taat tanpa pengorbanan. Menikalah pesan Agung ingkang saget kita serap saking kisah perintah Penyembelihan Ismail, sang putera Ibrahim AS.
Pramila, menawi kita ngaku mencintai Allah lan Rasulullah serta mengikuti ajaran-ajaran Islam, temtu kita boten badhe nyia-nyiaaken kesempatan Idul Adha menika namung kagem seneng-seneng piyambakan. Sebab Allah mrintahaken dateng kita berbagi karunia lan kesyukuran wonten dinten riyadin menika. Kados ingkang sampun dipun contoaken deneng para Nabi lan para Ulama.
Mugi2 wonten ing dinten riyadin ingkang agung menika kita saget sareng-sareng menikmati karunia Allah kanthi suka cita lan rasa kasih sayang sebagai wujud syukur kita dateng Allah. Ugi para tetanggi mugi2 saget nderek ngraosaken kebahagiaan kita ing margi ingkang dipun ridloni deneng Allah SWT.
Mugi2 Allah ngampuni sedaya dosa-dosa kita lan nglimpahaken sedaya kasih sayangipun dateng kita sedaya, sahingga sedaya hajat kita dicukupi deneng Allah, supados kita saget mengabdi lan beribadah dateng Allah kanthi langkung sempurna. Amin Allahumma Amin
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
!$¯RÎ) š»oYø‹sÜôãr& trOöqs3ø9$# ÇÊÈ Èe@Ásù y7În/tÏ9 öptùU$#ur ÇËÈ žcÎ) št¥ÏR$x© uqèd çŽtIö/F{$# ÇÌÈ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ فاستغفروا الله العظيم إنه هو الغفور الرحيم

KHUTBAH KEDUA:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُاَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًااَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Seruan Kepada Kaum Muslimin
Bacalah ta’awudz dan basmalah setiap kali akan menghidupkan atau mematikan HP, mengirim atau membaca SMS, menelpon atau mengecas (charge). Dzikir sedemikian akan menghindarkan diri kita dari pengaruh negatifnya.
INGAT, HP sudah banyak memakan korban perceraian, kegelisahan, keretakan rumah tangga, aneka kejahatan dan perilaku menyimpang lainnya. Maka jangan membelikan HP bagi anak-anak remaja diluar pengawasam. Mudharat lebih besar dari manfaatnya.

m. muslih albaroni
Ketua LTN NU Ponorogo

03 Desember 2008

STATUS BASMALAH DALAM SURAT FATIHAH

Membaca Al Fatihah merupakan rukun shalat, dan basmalah adalah salah satu ayat dari surat Al Fatihah. Karena itu menurut madzhab Syafi’iy, shalat tidak sah tanpa membaca basmalah. Dan Al Fatihah itu dibaca ketika berdiri pada setiap rakaat.
Pendapat ini berdasarkan pada:
1. Sabda Rasulullah SAW :
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ ( متفق عليه ) [1]
Artinya: ”Tidak sah shalatnya orang yang tidak membaca surat Al Fatihah”
2. Hadits riwayat Imam Bukhari sebagaimana dijelaskan Syaikh As Syarbini:
وَالْبَسْمَلَةُ آيَةٌ مِنْهَا اَيْ الْفَاتِحَةِ لِمَا رُوِيَ أَنََّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَدَّ الفَاتِحَةَ سَبْعَ آيََاتٍ وَعَدَّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ آيَةً مِنْهَا [2]
Artinya: ” Basmalah salah satu ayat dari Al Fatihah karena diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW menghitung ayat surat Al Fatihah ada tujuh ayat, dan Rasulullah SAW menghitung bismillahirrahmanirrahim termasuk salah satu ayatnya”
3. Hadits riwayat Ad Daruquthni dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ, قَالَ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِذَا قَرَأْتُمْ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ فَاقْرَؤُوا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اِنَّهَا أُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ إِحْدَى آيَا تِهَا [3]
Artinya: ”Jika kamu membaca surah Al hamdulillah ( Al Fatihah), maka bacalah bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya surah al Fatihah itu ummul kitab dan as Sab’ul Matsani ( tujuh ayat yang diulang-ulang ) dan bismillahirrahmanirrahim salah satu ayatnya”
Karena merupakan bagian dari surat Al Fatihah, maka basmalah juga disunnahkan dibaca jahr ketika membaca Al Fatihah dalam shalat jahriyah (shalat yang disunnahkan untuk mengeraskan suara).
Hal ini seperti dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir bahwa Imam Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebagai berikut :
عَنِ بْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْتَحُ الصَّلاَةَ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ [4]
Artinya : Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah SAW memulai shalat dengan membaca bismillahir rahmanir rahim
Imam Al-Hakim dalam kitab Mustadrak meriwayatkan hadits :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْهَرُ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ثُمَّ قَالَ صَحِيْحٌ [5]
Artinya : Dari Ibnu Abbas, beliau berkata : Rasululllah SAW mengeraskan bacaan Bismillahir rahmanir rahim. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadits ini Shahih.
Dalam Shahih Bukhari disebutkan :
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّهُ سُئِلَ عَنْ قِرَاءَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلََّمَ، فَقَالَ كَانَتْ قِرَاءَتُهُ مَدًّا ثُمَّ قَرَأَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ يَمُدُّ بِسْمِ اللهِ وَيَمُدُّ الرَّحْمَنِ وَيَمُدُّ الرَّحِيْمِ [6]
Artinya: ”Dari Anas bin Malik, dia ditanya tentang bacaan Nabi SAW. Beliau menjawab bahwa bacaan Nabi SAW panjang kemudian membaca bismillahir rahmanir rahim dengan memanjangkan bismillah, memanjangkan ar-rahman dan memanjangkan ar-rahim”.

KESIMPULAN :
Basmalah (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ) adalah ayat pertama dari surah Al-Fatihah dan dibaca keras dalam shalat jahriyah.

[1] Al Bukhari: hadits no. 743, Muslim : hadits no. 399, Abu Dawud: hadits no. 782, At tirmidzi: hadits no. 246, An Nasa’i : juz 2 hal 133, Ibnu Majah: hadits no. 813
[2] Asy Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al Khathib Asy Syarbiniy, Mughni Al Muhtaj Ila Ma’rifati Alfazhi al Minhaj, juz 1, ( Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyah, 1971 ), hal 228
[3] Ibid.
[4] As-Syekh Ibnu Katis, Tafsir Ibnu Katsir, (Beirut : Dar Elfikr, tt.), hal.
[5] Ibid
[6] Imam Al-Bukhary, Shahih Bukhari, CD, Hadits no. 4658BASMALAH DALAM SURAT AL-FATIHAH
Membaca Al Fatihah merupakan rukun shalat, dan basmalah adalah salah satu ayat dari surat Al Fatihah. Karena itu menurut madzhab Syafi’iy, shalat tidak sah tanpa membaca basmalah. Dan Al Fatihah itu dibaca ketika berdiri pada setiap rakaat.
Pendapat ini berdasarkan pada:
1. Sabda Rasulullah SAW :
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ ( متفق عليه ) [1]
Artinya: ”Tidak sah shalatnya orang yang tidak membaca surat Al Fatihah”
2. Hadits riwayat Imam Bukhari sebagaimana dijelaskan Syaikh As Syarbini:
وَالْبَسْمَلَةُ آيَةٌ مِنْهَا اَيْ الْفَاتِحَةِ لِمَا رُوِيَ أَنََّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَدَّ الفَاتِحَةَ سَبْعَ آيََاتٍ وَعَدَّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ آيَةً مِنْهَا [2]
Artinya: ” Basmalah salah satu ayat dari Al Fatihah karena diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW menghitung ayat surat Al Fatihah ada tujuh ayat, dan Rasulullah SAW menghitung bismillahirrahmanirrahim termasuk salah satu ayatnya”
3. Hadits riwayat Ad Daruquthni dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ, قَالَ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِذَا قَرَأْتُمْ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ فَاقْرَؤُوا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اِنَّهَا أُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ إِحْدَى آيَا تِهَا [3]
Artinya: ”Jika kamu membaca surah Al hamdulillah ( Al Fatihah), maka bacalah bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya surah al Fatihah itu ummul kitab dan as Sab’ul Matsani ( tujuh ayat yang diulang-ulang ) dan bismillahirrahmanirrahim salah satu ayatnya”
Karena merupakan bagian dari surat Al Fatihah, maka basmalah juga disunnahkan dibaca jahr ketika membaca Al Fatihah dalam shalat jahriyah (shalat yang disunnahkan untuk mengeraskan suara).
Hal ini seperti dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir bahwa Imam Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebagai berikut :
عَنِ بْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْتَحُ الصَّلاَةَ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ [4]
Artinya : Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah SAW memulai shalat dengan membaca bismillahir rahmanir rahim
Imam Al-Hakim dalam kitab Mustadrak meriwayatkan hadits :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْهَرُ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ثُمَّ قَالَ صَحِيْحٌ [5]
Artinya : Dari Ibnu Abbas, beliau berkata : Rasululllah SAW mengeraskan bacaan Bismillahir rahmanir rahim. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadits ini Shahih.
Dalam Shahih Bukhari disebutkan :
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّهُ سُئِلَ عَنْ قِرَاءَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلََّمَ، فَقَالَ كَانَتْ قِرَاءَتُهُ مَدًّا ثُمَّ قَرَأَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ يَمُدُّ بِسْمِ اللهِ وَيَمُدُّ الرَّحْمَنِ وَيَمُدُّ الرَّحِيْمِ [6]
Artinya: ”Dari Anas bin Malik, dia ditanya tentang bacaan Nabi SAW. Beliau menjawab bahwa bacaan Nabi SAW panjang kemudian membaca bismillahir rahmanir rahim dengan memanjangkan bismillah, memanjangkan ar-rahman dan memanjangkan ar-rahim”.

KESIMPULAN :
Basmalah (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ) adalah ayat pertama dari surah Al-Fatihah dan dibaca keras dalam shalat jahriyah.

[1] Al Bukhari: hadits no. 743, Muslim : hadits no. 399, Abu Dawud: hadits no. 782, At tirmidzi: hadits no. 246, An Nasa’i : juz 2 hal 133, Ibnu Majah: hadits no. 813
[2] Asy Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al Khathib Asy Syarbiniy, Mughni Al Muhtaj Ila Ma’rifati Alfazhi al Minhaj, juz 1, ( Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyah, 1971 ), hal 228
[3] Ibid.
[4] As-Syekh Ibnu Katis, Tafsir Ibnu Katsir, (Beirut : Dar Elfikr, tt.), hal.
[5] Ibid
[6] Imam Al-Bukhary, Shahih Bukhari, CD, Hadits no. 4658