17 Mei 2009

10 Ribu Jamaah Hadiri Haul Al-Khidmah Ponorogo

Ponorogo, pcltn.blogspot
Walau baru pertama kali mengadakan pelaksanaan Haflah Dzikir dan Maulidurrasul SAW oleh Jamaah Al-Khidmah Ponorogo kemarin (16/5) bisa dikatakan sukses.
Hal ini menurut Nugroho, ketua Jamaah Al-Khidmah Ponorogo, karena jauh hari sebelum pelakanaan sudah diadakan sosialisasi. "Kami sudah dua kali mengadakan manaqib dengan melibatkan masyarakat", katanya.
Seperti pantauan ltn online sedikitnya sembilan ribu orang memadati halaman kampus STAIN Ponorogo tempat dilaksanakannya haflah dzikir dan maulidurrasul.
Sejak shubuh jamaah yang dari jauh sudah berdatangan. Mereka ada yang datang dari Trenggalek, Pacitan dan Magetan. Tepat pukul 07.00 pagi acara sudah dimulai dengan membaca tahlil dan doa untuk Raden Batoro Katong, Kyai Ageng Hasan Besari, KH. Usman Al-Ishaqi, Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dan muslimin muslimat.
Setelah pembacaan maulidurrasul dilanjutkan dengan mauidhoh yang disampaikan oleh Drs. Muhsin dosen UIN Malang.

05 Mei 2009

NU Jateng Netral Pilpres

Semarang, LTNNU Online
Nahdlatul Ulama (NU) Wilayah Jawa Tengah (Jateng) menyatakan netralitasnya pada pemilihan presiden (Pilpres) 2009, Juli mendatang. NU Jateng memutuskan tidak mendukung capres-cawapres manapun, dan memilih menekankan warganya agar menggunakan hak pilih dengan semestinya.

Pernyataan ini disampaikan oleh Muhammad Adnan, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng, di Semarang, Ahad (3/5). Menurut Adnan, mengatakan hingga kemarin NU Jateng tidak pernah membicarakan soal nama-nama tokoh NU yang akan diusung dalam pilpres, sehingga NU Jelas akan netral.

Adnan menyatakan, struktural NU di tingkat pusat (PBNU) maupun aspirasi dari kader di tingkat bawah juga tidak menyinggung soal keterlibatan NU dalam pilpres. Menurutnya, NU tidak akan menggelar agenda pertemuan terkait momentum Pilpres.

"Belum ada pembicaraan tentang itu. Sepertinya memang tidak ada figur NU yang maju. Adalah hak masing-masing warga NU menentukan pilihan. Lagi pula, sekarang ini kan belum jelas siapa capres-cawapres yang maju," ujar mantan calon wakil gubernur Jateng ini.

Lebih lanjut, Adnan menyatakan, meski tidak ada figur NU yang maju, namun PWNU tetap akan mendorong warga NU di Jateng agar menggunakan hak pilih dengan sebaik-baiknya. (nuo/min/lih)

Kampanye Anti Cadar di Mesir Berhasil

Kairo, pcnu.Online
Kampanye anti cadar yang dilakukan Kementerian Perwakafan untuk Urusan Dakwah Mesir dinilai berhasil. Tiga perempuan pegawai kementerian tersebut dikabarkan telah melepas cadar.

Sebelumnya didakan pertemuan khusus guna membahas hukum memakai penutup wajah. Wakil dari Kementerian Perwakafan untuk Urusan Dakwah Dr Salim Abdul Jalil menyatakan kepada para pemakai cadar bahwa para ulama madzhab 4 sepakat bahwa wajah bukan aurat.

Ia menyatakan, pemakaian cadar tidak memiliki dasar dalam agama. Hasil dari pertemuan itu dari beberapa pertemuan, 3 petugas telah melepas cadar yang biasa mereka pakai.

“Penjelasan ini ternyata membekas dalam diri mereka, hingga salah satu dari mereka melepas cadar, sebelum pertemuan kedua, adapun kedua petugas lain telah melepas cadar setelah pertemuan kedua,” ungkapnya seperti dilansir situs Hidayatullah.com.

Dilaporkan, di Kementerian Perwakafan Mesir ada 13 petugas yang masih memakai cadar. Mereka menerima hukum memakai cadar tidak wajib, akan tetapi mereka tetap memakai, karena sudah puluhan tahun terbiasa dengan pakaian tersebut, hingga merasa kurang nyaman jika harus melepasnya.

Abdul Jalil menyatakan, pakaian Muslimah wajib menutup semua anggota badan, kecuali wajah dan dua telapak tangan, serta tidak memperlihatkan bentuk tubuh atau transparan. Kewajiban bagi perempuan membuka wajahnya di saat umrah dan haji di hadapan jutaan orang, menegaskan tidak disyariatkannya cadar.

Sementara itu harian The National Abu Dhabi melaporkan sejumlah kalangan telah menentang kampanye itu. Mereka menyatakan bahwa kantor Kementerian berusaha melepaskan cadar di Mesir karena mendapat tekanan dari dalam dan luar, untuk mengikuti standar negara-negara Barat. (nuo/nur/lih)

03 Mei 2009

FADHILAH BELAJAR AL-QUR'AN

Artinya : “ Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Quran dan mengajarkannya”HR Imam Bukhari , Abu Daud, Tirmidzi , Ibnu Majah

Artinya : “ Orang yang ahli Al Quran akan bersama para malaikat –malikat pencatat yang mulia dan lurus sedangkan orang yang terbata-bata dalam membaca Al Quran tetapi ia tetap bersusah payah mempelajarinya akan mendapat pahala dua kali lipat.”HR Imam Bukhari, Daud, Nasa’i, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah.

Artinya : “Tidak boleh iri hati kecuali dalam dua hal : seseorang diberi oleh Allah kemampuan membaca Al Quran dan ia membacanya siang dan malam, dan orang yang diberi oleh Allah harta yang banyak dan ia menyedekahkannya siang dan malam.”HR. Imam Bukhari, Tirmidzi, Nasa’i.

Artinya : “Allah mengangkat derajat beberapa kaum dengan kitab ini ( Al Quran ) dan merendahkan beberapa kaum lainnya dengan kitab ini juga.”HR. Imam Muslim
Artinya : “ Belajarlah Al Quran dan bacalah ia karena orang yang belajar Al Quran dan menyebutkannya dalam shalat tahajjud adalah seumpama sebuah wadah yang terbuka dan penuh kasturi, baunya semerbak merebak ke seluruh tempat dan seseorang yang telah belajar Al Quran tetapi ia tidur dan Al Quran didalam hatinya adalah seumpama sebuah wadah yang penuh dengan kasturi tetapi tertutup.” HR. Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hiban.

Artinya: “ Wahai Abu Dzar, jiak kamu pergi pada suatu pagi dan mempelajari satu ayat dari kitab Allah yaitu Al Quran, maka lebih baik daripada mengerjakan sholat nafil seratus rakaat dan jika kamu mempelajari satu bab dari ilmu apakah dapat diamalkan ataupun tidak maka lebih baik bagimu daripada mengerjakan seribu rakaat shalat nafil. “ HR Ibnu Majah.

FADHILAH MEMBACA AL QURAN

Artinya: “ Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginay stu hasanah ( kebaikan ) dan satu hasanah adalah sama dengan sepuluh kali lipat pahalanya.Dan saya tidak mengatakan ا لم ( alif lam mim ) itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” HR Tirmidzi

Artinya : “ Barang siapa membaca Al Quran dan mengamalkan isi kandungannya maka kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat, yang sinarnya lebih terang daripda sinar matahari jika sekiranya matahari itu berada di rumah-rumah kalian di dunia. Bagaimana menurut perkiraan kalian mengenai irang yang mengamalkannya sendiri.” HR Ahmad dan Abu Daud.

Artinya: “ Membaca Al Quran didalam shalat lebih utama dari pada di luar shalat, membaca Al Quran di luar shalat lebih utama dari pada tasbih dan takbir, tasbih lebih utama daripada sedekah, sedekah lebih utama daripada puasa dan puasa adalah penghalang dari api neraka.”HR. Baihaqi)

Artinya : “ Rasulullah bertanya kepada kami : Sukakah salah seorang diantara kamu jika kembali ke rumahnya mendapati tiga ekor unta betina yang hamil dan gemuk? Kami menjawab tentu kami menyukainya kemudian Rasulullah bersabda : Tiga potong ayat yang kamu baca dalam shalat adalah lebih utama daripada tiga ekor unta betina yang hamil dan gemuk. “ ( HR Muslim)
haq
Artinya:” Dari Abu Dzar r.a meriwayatkan,’’Saya berkata,Wahai Rasulullah,berilah nasihat kepada saya’Rasulullah saw bersabda;Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah SWT.karna taqwa adalah akar dari setiap urusan.Saya berkata lagi’Wahai Rasulullah’tambahkan lagi nasihat untuk saya’Rasulullah pun bersabda,’Teruslah membaca Al Quran karma Al Quran adalah nur untuk (kehidupan) kamu diatas muka bumi da’Rasulullah n bekal yang disimpan dilangit (untuk hari akhirat).’’(HR Ibnu Habban)
Artinya:’’ Saw bersabda,’’Wahai ahli- ahli Al Quran,janganlah kalian menggunakan Al Quran sebagai bantal tetapi hendaknya kamu membacanya dengan teratur siang dan malam,sebarkanlah kitab suci itu,bacalah dengan suara yang merdudan pikirkanlah isi kandungannya!Dengan begini kamu akan mendapat kejayaan,Janganlah kamu minta di segerakan ganjarannya(dalam dunia) karna ia mempunyai ganjaran (yang sangat besar di akhirat),’’(HR.Imam Baihaqi)
Artinya:’’Dari Abdullah Ibnu Umar r.a meriwayatkan,’’Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air,’’Beliau ditanya,”Wahai Rasulullah,bagaimana cara membersihkannya?”Rasulullah saw bersabda,’’Memperbanyak mengingat maut dan membaca Al Quran,”(HR Imam Baihaqi)
Artinya:”Rasulullah saw bersabda,”Barang siapa membaca sepuluh ayat dalam satu malam,maka ia tidak akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang lalai.’’(HR Imam hakim)
Artinya:’’Rasulullah saw bersabda,’’Barangsiapa menjaga lima kali sholatnya,maka ia tidak dimasukkan kedalam golongan orang-orang lalai,dan barangsiapa membaca seratus ayat dalam satu malam,maka ia akan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang taat.(HR.Ibnu Khuzaimah)

FADHILAH MEMBACA AL QUR’AN
Artinya:”Rasulullah saw bersabda,”Pada hari kiamat kelak akan diseru kepada ahli Al Qur’an,’’teruskanlah baca Quranmu dan teruskanlah menaiki Surga tingkat demi tingkat dan bacalah dengan tartil seperti yang telah engkau baca di dunia,karna sesungguhnya tempat terakhirmu adalah dimana engkau telah sampai pada ayat terakhir yang kamu baca.’’(HR.Ahmad,Tirmidzi,Abu Dawud,Nasai,Ibnu Majah,dan Ibnu Habban).
Artinya:”Rasulullah saw bersabda,’’Barangsiapa membaca Al Quran dan menghafalnya,menganggap halal apa yang di halalkan di dalam Al Quran,dan menganggap haram apa yang di haramkannya,maka Allah Swt.akan memasukkannya kedalam Surga dan Allah menjaminnya untuk memberi syafa’at kepada sepuluh orang ahli keluarganya yang akan dicampakkan ke dalam api neraka.’’(HR.Imam Ahmad dan Tirmidzi).
Artinya:”Rasulullah saw bersabda,”Seseorang yang tidak ada sedikit pun Al Quran di dalam hatinya adalah seperti rumah kosong.’’(HR.Tirmjdzi)
Artinya:”Rasulullah saw bersabda,’’Membaca Al Quran dari hafalan mendapat seribu derajat pahala,sedangkan membaca Al Quran dengan melihat mushaf mendapatkan dua ribu derajat.’’(HR Imam Baihaqi)
Artinya:”Rasulullah saw bersabda,’’Sesungguhnya bagi Allah dari kalangan manusia ini,ada sebagian bagi mereka sebagai ahlinya.’’Para sahabat bertanya,’’Siapakah mereka itu?’’Rasulullah saw menjawab,’’Ahlul Quran (orang-orang Al Quran),merekalah ahli-ahli Allah dan orang-orang istimewa Nya.’’(HR Imam Hakim dan Ahmad)

02 Mei 2009

Hasyim: Nahdliyin Bebas Pilih Presiden, Tapi Jangan Salah Pilih

Brebes, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengingatkan, ukuran pemimpinan yang patut dipilih bukan kepinterannya atau harta bendanya. Pilihlah pemimpin karena keikhlasannya dalam memegang amanat kepemimpinannya.

”Keiihlasan ini akan melahirkan seorang pemimpin yang handal,” katanya saat memberikan tashiyah dalam acara pelantikan dan Rakercab PCNU dan PC Ansor Kab. Brebes di lokasi Madratsah Tsanawiyah Assalafiyah Sitanggal Larangan Brebes, Kamis (30/1) sore kemarin.

Pada pemilihan Presiden mendatang, pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam ini mengingatkan, warga NU (Nahdliyin) patut waspada. Jangan mudah tergoda bujuk rayu. “Jangan sampai kita cuma disuruh-suruh untuk mensukseskan seseorang tapi lupa mensukseskan NU. Berdosa itu,” ujarnya mengingatkan.

Menurutnya, Nahdliyin pada hakekatnya bebas untuk memilih presiden. Tapi di dunia ini tidak ada kebebasan mutlak. Maka NU memberi kebebasan yang mencerminkan keseimbangan dengan pertanggungjawabannya. ”Jangan sampai Nahdliyin salah memilih pemimpinnya,” katanya.

Di tengah hiruk pikuknya pemilihan pemimpin di negeri ini, dari tingkat pemilihan kepala daerah, pemilihan gubernur, anggota legislatif, kepemimpinan sepertinya dijualbelikan. Tidak terdorong oleh keikhlasan. Sehingga amat langka pemimpin yang ikhlas.

Hasyim mengingatkan, jika pemimpin bisa diperjualbelikan maka yang menjadi pemimpin itu hanya orang-orang yang berduit saja. Selain itu mereka yang menjadi pemimpinan karena hasil pembelian akan berbuat sewenang-wenang. ”Mereka merasa sudah membeli kita,” katanya. (was)

27 April 2009

Hasyim: Seluruh Jajaran NU Perlu Mawas Diri

Jakarta, PCLTN Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi meminta para pengurus NU di seluruh tingkatan, para ulama, pengasuh pondok pesantren dan segenap warga NU untuk mawas diri atau melakukan introspeksi terhadap kekhilafan serta keteledoran, yang saat ini telah menurunkan martabat perjuangan dan melemahkan persaudaraan NU.

“Kesalahan ini umumnya terjadi akibat perpecahan yang disebabkan kepentingan-kepentingan sesaat,” katanya kepada NU Online, Senin (27/4).

Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan adalah maraknya money politic yang beredar dalam setiap pemilu di segala tingkatan. Pengasuh pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang ini menilai perilaku ini berakibat sangat buruk karena dapat merenggangkan hubungan antara ulama dan umat serta terjadinya fitnah yang menjauhkan pemimpin dan rakyatnya dan menghilangkan sifat jujur dan amanah dari pemberi money politic karena telah merasa membeli kiai dan ummatnya.

“Pada gilirannya, bangsa ini akan dipimpin oleh kesewenang-wenangan serta perselingkuhan politik yang tak bertanggung jawab,” tandasnya.

Meskipun demikian, sebuah pemberian dari fihak lain tak selamanya harus ditolak. “Kita tetap boleh menerima pemberian, tetapi bukan yang menghancurkan perjuangan dan merusak moral,” tegasnya.

Bahaya lain yang dihadapi NU adalah atheisme, komunisme, dan ekstrimisme yang bertentangan dengan garis moderasi NU. Selain itu juga liberalisme pemikiran keagamaan yang merusak sendi-sendi keimanan, syariat serta budaya religi nahdliyyin yang nantinya akan memotong garis hidup (lifeline) perjuangan NU.

“Muktamar NU ke-32, Januari 2010 di Makassar harus mampu menyelamatkan NU dari faham ekstrim kanan dan kiri, tatorruf tasyaddudi dan tathorruf tasyahuli serta bersih dari intervensi fihak manapun,” tandasnya.

Baca Hizib Nasr

Hasyim juga menuturkan, dalam pertemuan di pesantren Langitan yang dihadiri oleh para ulama, pengurus NU, MUI dan warga NU yang berlangsung pada hari Sabtu, 25 April 2008 lalu menyerukan agar seluruh jajaran NU merapatkan barisan dan terus beristighfar dan membaca hizib nasr secara berjamaah dan kembali dalam bimbingan NU sesuai dengan prinsip imarah agar umat tidak tersesat dalam situasi yang memburuk akibat carut marutnya negara yang disebabkan oleh pertikaian antar pemimpin.

“Sudah terbukti berkali-kali, jalan sendiri-sendiri dan tidak disiplin telah membuahkan kegagalan dan kerusakan dimana-mana. Semoga Allah melindungi kita dan Indonesia, amiin,” imbuhnya.
Tak lupa, ia juga mengingatkan agar warga NU diminta tidak memilih orang atau golongan yang kalau besar akan merusak NU. (nuo/lih)

09 April 2009

Masyarakat Ponorogo Sambut Pileg 2009



Ponorogo, fatayatpo online
Masyarakat Ponorogo Jawa Timur sangat antusias mengikuti Pileg (Pemilu Legislatif) tahun 2009, Kamis 9 April 2009. Bahkan mereka sejak 07.00 setelah acara dimulai sudah berdatangan untuk menggunakan hak pilihnya. Dari pantauan kontributor fatayatpo online, masyarakat Ponorogo sudah berduyun-duyun ke Tempat Pemungutan SUara (TPS) sejak pagi. Mereka rela antri dengan berdiri untuk bisa memberikan hak suaranya. Tak ketinggalan Ketua Umum Pengurus Cabang Fatayat NU Ponorogo, Roudlotun Nikmah, juga menggunakan hak mencontrengnya.
Dibawah ini gambar menunjukkan Bu Nyai Saudah Ponpes Jenes ikut menyontreng, sedangkan gambar diatas Ketua PC Fatayat NU Ponorogo dan Lurah Brotonegaran Posedang memasukkan surat suara. (ma)

PBNU Meminta Nahdliyyin Pilih Pemimpin Jujur dan Anti Money Politic

Jakarta, LTNNU Online
Dalam pelaksanaan pemilu yang akan berlangsung 9 April besok, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi meminta akan warga NU menggunakan hak pilihnya dan memilih calon legislatif yang mengutamakan kejujuran.

“Politik yang paling tinggi adalah kejujuran, bukan permainan. Ini kenegarawanan yang tinggi, kalau hilang, kepercayaan masyarakat hilang, sehingga akan terjadi malapetaka di negeri ini,” katanya di gedung PBNU, Rabu (8/4).

Dikatakannya, kalau masyarakat memilih calon pemimpin yang menghamburkan uang, dikhawatirkan, nanti mereka akan mengabaikan masyarakat karena sudah merasa membeli suara sehingga suara rakyat akan diacuhkan.

“Kalau pemimpin yang terpilih yang menghamburkan banyak uang, biasanya uangnya tak halal sehingga akan tampil menjadi pemimpin yang abu-abu. “Kalau masyarakat tuntutannya pemimpin yang banyak uang, maka akan ketemu pemimpin yang tidak jujur,” imbuhnya.

Mengenai berbagai kekurangan yang masih menghantui proses pemilu ini, Hasyim berharap hal ini terus diperbaiki sambil berjalan. Pemilu yang sudah berlangsung berkali-kali juga mengandung berbagai kelemahan dan apa yang dulu tidak dipersoalkan kini dianggap kecurangan yang harus diperbaiki, yang pada akhirnya akan menuju pemilu yang bersih dan rapi.

“Pemilu bukan tujuan, demokrasi juga bukan tujuan, tetapi alat menuju keadilan, kesejahteraan dan kesetaraan. Tetapi pemilu dan demokrasi sebagai alat merobek bangsa ini, sarana telah merubah dan merobek tujuan. Apapun kekurangan pemilu merupakan sarana dan secara berjalan terus kita perbaiki,” tandasnya.

Partisipasi masyarakat menurutnya sangat penting untuk menggambarkan representasi rakyat secara keseluruhan.

“Jangan golput, karena kalau golput terjadi dalam ukuran yang besar, maka minoritas yang utuh akan merepresentasikan mayoritas yang tidak mencoblos. Dan itu bisa disebut merepresentasikan pemilu,” terangnya. (mkf)

07 April 2009

PWNU Jatim Matangkan Konsep Baru Khittah

Surabaya, LTNNU Online
Perkembangan politik di Indonesia beberapa waktu terakhir membuat kalangan Nahdlatul Ulama (NU) melakukan tawar menawar dengan keputusan Khittah 1926. Untuk memperjelas posisi NU ini, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur berusaha mematangkan konsep baru menyangkut posisi NU dengan politik.

KH Abdurrahman Navis, salah satu anggota tim penggodok konsep hubungan NU dengan partai politik dan pola rekrutmen politik di NU, Senin (6/4) menuturkan, draf akademik konsep tersebut sudah selesai.

Dalam naskah akademik itu terdapat beberapa kecenderungan warga NU dalam memposisikan diri dengan parpol. Yakni, memegang teguh khittah NU secara murni dan tanpa tawar menawar, menjalin hubungan secara jelas dengan parpol melalui kesepakatan tertentu, serta berdiri menjadi parpol seperti masa 1955.

“Tapi ini masih kecenderungan dalam draf akademik dan belum kita masukkan dalam usulan atau rekomendasi,” tuturnya.

Pengasuh ponpes Nurul Huda ini memaparkan, keputusan untuk melakukan analisa ulang terhadap khittah NU bukan merupakan penafsiran ulang. Proses penelaahan kembali khittah NU itu didasarkan pada perkembangan politik kebangsaan saat ini.

“Kelahiran khittah kan pada masa orde baru. Sekarang masanya sudah reformasi, nah kita ingin ada analisa kembali,” paparnya.

Dalam draf akademik tersebut juga terdapat pembacaan atas realitas warga NU saat ini menyangkut proses rekrutmen parpol pada warga Nahdliyin.

Menurut KH Abdurrahman Navis, ada wacana tidak diperbolehkannya pengurus NU di seluruh jenjang untuk merangkap jabatan politik. Namun, ada juga suara pemakluman bagi parpol yang ingin merekrut pengurus NU, namun hal itu harus melalui rekomendasi dari mandataris NU terlebih dahulu.

“Semua kecenderungan ini akan kita godok lagi dan mudah-mudahan sudah tuntas Mei nanti untuk dibawa di arena Muskerwil,”imbuhnya.(dumas/mad)

06 April 2009

Menkominfo Minta Pesantren Perluas Akses Informasi Internet

Lebak Banten, PCLTNNU Online
Menteri Komunikasi dan Informasi M Nuh dalam kunjungannya ke pesantren Daar El Azhar, Kamis (3/4) meminta agar kalangan pesantren perluas akses informasi, khususnya dengan perkembangan internet yang memungkinkan santri memperoleh pengetahuan secara luas untuk pengembangan pribadi dan sosial.

“Seperti di Ponpes Daar El Azhar yang sekarang memiliki website, itu sangat penting untuk sebuah informasi kepada masyarakat luas. Bahkan dengan jaringan internet yang dimiliki ponpes ini, maka informasi tentang pengetahuan umum lain dapat diketahui pula oleh warga ponpes,” katanya.

Kehadiran Menkominfo adalah dalam rangka sosialisasi Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pada kesempatan tersebut, juga diresmikan salah satu gedung fasilitas pesantren.

Usai mensosialisasikan undang-undang yang dimaksud, Muhammad Nuh memberikan apresiasi terhadap seluruh pengelola ponpes di Lebak, yang dinilainya telah membantu program peningkatan pendidikan dan program peningkatan keimanan terhadap anak usia sekolah.

“Harus kita akui bahwa keberadaan ponpes sangat dibutuhkan di negeri tercinta ini. Keberadaannya tidak hanya mendidik santri atau masyarakat di bidang keagamaannya, tetapi juga di bidang pendidikan umum,” terangnya.

Dikatakannya, Sejak awal pertumbuhannya pondok pesantren memiliki fungsi, pertama menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan tafaqquh fiddin yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, kedua dakwah menyebarkan agama Islam, dan ketiga sebagai benteng pertahanan umat dalam bidang akidah dan akhlak. (zen)

04 April 2009

PBNU Miris Pejabat Negara Kampanye

Jakarta, LTNNU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merasa miris melihat pejabat negara berkampanye untuk golongan tertentu, meski diperbolehkan undang-undang, mengingat posisinya harus mengayomi semua golongan.

Untuk itu, kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi di Jakarta Sabtu, ke depan perlu dibuat aturan yang mengatur dan memilah secara tegas antara kegiatan negarawan dan politisi.

"Saya berharap DPR RI hasil Pemilu 2009 segera membuat aturan perundangan yang mengatur dan memilah antara kegiatan atau gerakan politisi dan negarawan," katanya.

Memang, kata Hasyim, aturan itu mungkin menimbulkan kerugian bagi partai, namun demi kepentingan yang lebih besar tidak ada salahnya dilakukan.

Sekarang ini, lanjutnya, masih kacau antara presiden, wakil presiden, menteri, dan pejabat daerah dalam penampilannya berkampanye politik.

"Apakah sebagai politisi golongan atau negarawan, karena negarawan adalah milik semua rakyat sementara politisi berfaset golongan," katanya.

Menurut Hasyim, selain tidak baik bagi pendidikan politik bagi rakyat, pejabat negara yang melakukan aktivitas kepartaian juga bisa mengganggu integrasi birokrasi, bahkan posisi jejaring birokrasi bisa tercabik-cabik karena kepentingan politik.

Dikatakannya, seorang presiden datang ke daerah bisa tidak ditemui oleh kepala daerah karena partainya berbeda atau berseteru.

"Dan yang lebih berbahaya lagi adalah penggunaan kekuasaan negara untuk kepentingan orang serta golongan politik," katanya.

Dalam suasana kampanye seperti ini, kata Hasyim, Indonesia seakan-akan menjadi negara tanpa pemerintahan karena seluruh negarawan atau pejabat negara memperjuangkan golongan sehingga sentuhan terhadap rakyah secara utuh juga hanya "seolah-olah".

"Karena para pemimpin berbuat `seolah-olah` maka rakyat menjadi hilang ketulusan partisipasinya," katanya.

Seharusnya, lanjut Hasyim, loyalitas kepada golongan berhenti ketika loyalitas kepada negara dimulai. Sementara yang terjadi di Indonesia loyalitas terhadap negara "sementara" berhenti ketika loyalitas kepada golongan dimulai.

Semestinya, kata Hasyim, seorang yang sedang menjadi pejabat negara tidak boleh lagi bertindak untuk kepentingan golongan tertentu. Kampanye biar dilakukan oleh partai. "Kampanye biar dilakukan pejabat partai yang tidak menjadi pejabat negara," katanya.(mad)

Masdar: Tak Perlu Dikotomi Kultural-Struktural NU

Ygyakarta, LTNNU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas’udi meminta berbagai elemen warga NU (Nahdiyin) untuk tidak mengidentifikasi diri ke dalam kelompok kultural maupun struktural NU. Kelompok kultural sering diidentikkan dengan Nahdliyin yang mengamalkan tradisi-tradisi Ahlussunnah wal Jamaah, sementara yang stuktural adalah Nahdliyin yang aktif dalam keorganisasian NU.

”Sudahlah, hentikan pembicaraan kultural struktural. Jangan sampai ada yang mengatakan ’Ah saya ini NU kultural saja’,” kata Masdar di depan para peserta Halaqah Nasional Alim Ulama NU bertema Etika Politik dan Visi Kebangsaan Khittah NU, di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Kamis (2/4).

Menurutnya, beberapa elemen Nahdyiyin yang mengaku sebagai warga kultural perlu meredefinisi diri. NU, katanya, adalah sebuah organisasi struktural yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ary.

”Kalau kultural saja seperti mengadakan maulid Nabi, tahlil, atau membaca doa qunut tanpa NU pun sudah ada. Struktur tanpa tahlil ya tidak akan kokoh. Sementara tahlil tanpa struktur ya ia cuma kebetulan saja, given, tanpa harus ada NU,” tambahnya.

Dikatakannya kultural mengacu pada kaidah al-muhafadzah alal qadimis shalih atau memelihara tradisi lama yang baik, dan sturktural atau pendirian organisasi NU adalah al-akhdzu bil jadidil ashlah atau mengambil hal baru yang lebih baik. Kedua hal ini saling terkait dalam kontek Nahdliyin.

Lebih dari pendekatan dikotomis kultural-struktural, menurut Masdar, Nahdliyin harus memperkuat keorganisasian NU, dan masjid menjadi prasyarat untuk melakukan itu.

”Masjid harus menjadi basis NU di masa depan. Tiap masjid dibentuk kepengurusan. Nanti para pemudanya bergabung dengan Ansor, pelajarnya dengan IPNU atau IPPNU, dan seterusnya,” katanya.

Dengan begitu Nahdliyyin juga akan dekat dengan para pengurus NU. Nahdyin bisa bertemu dengan Rais Syuriahnya kapan saja asal ia pergi ke masjid, dan menyampaikan pertanyaan atau usulan apa saja.

”Jadi dengan begitu NU ini sumbernya adalah umat dan basisnya di tempat yang paling di berkahi yakni masjid-masjid. Maka mulai sekarang kita perlu memasang gambar NU tidak hanya di rumah-rumah, tetapi di masjid-masjid,” katanya. (nam)

03 April 2009

NU Lahir karena Merespon Dua Penjajahan Besar

Yogyakarta, LTN-reog Online
Nahdlatul Ulama (NU) lahir karena merespon dua bentuk penjajahan besar, yakni penjajahan dalam keberagamaaan oleh kelompok Wahabi dan penjajahan politik dan ekonomi oleh Belanda.

Hal tersebut disampaikan Pemangku Jabatan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Yogyakarta Prof KH Mohammad Maksum saat memberikan sambutan dalam acara Halaqah Nasional Alim Ulama NU bertema ”Etika Politik dan Visi Kebangsaan Khittah NU” di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, hari ini, Kamis (2/4).

”Penjajahan keberagamaan dilakukan oleh kelompok Islam global Wahabi yang mengkampanyekan ajaran tajdid, selalu menganggap bid’ah dan mengkafirkan kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia. Penjajahan lainnya dilakukan oleh Belanda dan berdirinya NU menjadi bagian dari gerakan kebangkitan nasional,” katanya.

Ditambahkannya, NU terus memainkan peranan yang cantik seusai dideklarasikan pada 31 Januari 1926, pada masa kemerdekaan dan beberapa era pergantian kepemimpinan Indonesia.

Menurut professor bidang pertanian ini, pada era reformasi sekarang NU tidak hanya berhadapan dengan dua penjajahan. Penjajahan ketiga, katanya, dilakukan oleh pemerintah Indonesia sendiri.

”Penjajahan ketiga adalah penjajahan domestik yang dilakukan oleh negara sendiri karena saat ini tidak mampu membangun filter dari dua penjajahan besar tadi,” katanya. (nam)

02 April 2009

Suara Nahdliyyin untuk PKB dan PKNU

Kediri, LTN-reog Online
Pada pemilu 9 April mendatang, suara warga Nahdlyiin diperkirakan akan mengalir kepada dua partai politik (parpol), yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).

Demikian dinyatakan Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Kediri, M. Wildan Mukholladun dalam acara Dialog Kandidat Berbasis Daerah Pemilihan, di Gedung PCNU Kediri, Rabu (1/4).

Selain itu dia juga menyerukan kepada kaum Nahdliyin untuk menyalurkan suara mereka saat pemilu mendatang, tentunya bagi yang sudah memiliki hak pilih.

Acara ini dihadiri oleh calon anggota legislatif (caleg) dari PKB yang diwakili oleh Halim Mustofa dan Partai Gerindra oleh Sony Sumartono.

Menurut Wildan, dua parpol tersebut dihadirkan karena memang para pendiri parpol tersebut terdapat tokoh-tokoh NU. Karenanya, pernyataan Wildan ini mengundang perhatian peserta yang hadir.

Lebih lanjut, Wildan menambahkan, beberapa kader PKB kubu Gus Dur mengalihkan suaranya ke Partai Gerindra adalah karena sama-sama ada kaum nahdliyin di dalamnya. (min)

Aplikasi Hisab Disarankan Gunakan Program Exce

Malang, PCLTN-reog Online
Forum Kajian Falak (FKF) Jawa Timur menyarankan penghitungan rumus-rumus hisab dengan menggunakan program excel. Dengan excel para penggiat hisab bisa memasukkan rumus rumus hisab yang panjang hampir tanpa batas, tergantung besarnya memori yang terpasang di komputer.

FKF sendiri telah mengadakan Pelatihan Aplikasi Hisab Falak Pesantren dan Perguruan Tinggi Se-Jawa Timur dengan menggunakan program Excel di Auditorium Ma'had Sunan Ampel Al-Aly, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Mailk Ibrohim, Malang, pada 29 Robiul Awal - 2 Robiul Akhir 1430H / 27-29 Maret 2009 M.

”Pelatihan bertujuan untuk memperkenalkan formula-formula excel dalam aplikasi hisab,” kata Abdul Moeid Litbang FKF Jatim yang ikut memprakarsai pelatihan ini.

”Selama ini kita bisa menggunakan kalkulator FX-4500 PA, FX-350 HB, Karce KC-131, maupun kalkulator scientific lainnya. Akan tetapi akan lebih akurat jika kita menggunakan excel, karena nilai-nilai di belakang koma yang lebih banyak daripada kita menggunakan kalkulator,” tambahnya.

Dengan excel pula para penggiat hisab bisa menampilkan hasil perhitungan dengan menggunakan grafik, sehingga bentuk hilal bisa ditampilkan sesuai dengan persentasi fraction illuminationnya.

Pada pelatihan aplikasi hisab falak di UIN Malang beberapa ahli hisab program komputer dihadirkan antara lain RM Khotib Asmuni yang juga Ketua FKF Jawa Timur, Imam Suprayogo, Abdus Salam Nawawi, M. Murtadlo, RM Khotib Asmuni, Hendro Styanto, M. Izzuddin, Khoirul Aziz, Nur Aini Rahmawati, M. Sholeh dan Abdul Moeid. (nam)

Tim PKNU temukan 73.000 lebih NIK Ganda di Dapil VI Jateng

Magelang, PCLTN-REOG Online
Tim PKNU Dapil VI yang meliputi Kabupaten dan Kota Magelang, Wonosobo, Temanggung dan Purworejo mendapati sekitar lebih dari 73.000 Nomor Induk Kependudukan (NIK) Ganda. Khusus untuk Kabupaten Magelang ditemukan sekitar 43.000 NIK Ganda

Penemuan ini terungkap setelah Tim melakukan crosscheck terhadap Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditetapkan KPU. Kasus yang ditemukan diantaranya satu NIK digunakan oleh lebih dari satu nama pemilih berbeda, satu NIK digunakan oleh lebih dari orang dengan nama yang sama dengan TPS berbeda dan satu NIK digunakan oleh lebih dari satu orang dengan nama sama pada TPS yang sama.

Hal ini sangat bertentangan dengan dengan UU Kependudukan dan Peraturan Pemerintah yang menyatakan tidak adanya NIK diperbolehkan adanya NIK Ganda sekaligus hal ini menyebabkan kerawanan terjadi kecurangan dan penggelembungan perolehan suara dalam Pemilu 2009 mendatang.

Berangkat dari temuan tersebut, Tim PKNU Kabupaten Magelang menindaklanjuti dengan melalakukan klarifikasi ke Kantor KPU Kab. Magelang pada 30 Maret 2009.

“Nawaitu kita adalah membantu KPU serta menjaga kejujuran dalam rangka mensukseskan Pemilu 2009 bukan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah,” kata Sonny Wicaksono selaku ketua Tim di kediaman Mbah Dur (KH Abdurrahman Chudlori) di Ponpes API Tegalrejo sesaat sebelum berangkat ke Kantor KPU di Kota Mungkid.

Sementara menurut KPU Kab. Magelang Majidun, keberadaan NIK Ganda tersebut sebagai ekses dari belum terselesaikannya pekerjaan Instansi terkait dalam melakukan pendataan penduduk. Masih menurut Majidun, KPU tidak memiliki wewenang untuk memberikan, merubah ataupun menambah NIK bagi setiap pemilih tetap.

“Kami menerima data tersebut dan telah kami laksanakan prosedur sesuai petunjuk. Jika NIK ganda tersebut kemudian kita permasalahkan, maka ribuan penduduk yang (sampai saat ini) belum memiliki NIK akan terhapus hak suaranya,” katanya.

“Kami telah melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap permasalahn ini dengan memerintahkan kepada PPS melakukan penelitian di daerah masing-masing. Selain itu undangan hanya akan diberikan kepada satu orang meski terdapat dua nama tercantum di DPT sepanjang dua nama tersebut ternyata hanya dimiliki satu orang saja” demikian klarifikasi KPU Kabupaten Magelang.

Melihat kenyataan itu, satu-satunya jalan yang dapat ditempuh untuk menghindari kecurangan dan penggelembungan suara dalam PEMILU 2009 mendatang adalah dengan menyiapkan saksi secara sungguh-sungguh dan mengawal hasil perolehan suara hingga sampai di KPU. (mad)

25 Maret 2009

SIMTUD DUROR DI STAIN PONOROGO

Gelegar maulid di Ponorogo yang diadakan oleh UKI STAIN Ponorogo 19 Maret 2009 lalu dihadiri lebih 1000 orang pecinta Rasulullah yang dikenal dengan sebutan muhibbin. Mereka dengan khusuk mengikuti acara mauludan dengan membaca Maulid Simtud Duror di hall watoe dhakon STAIN Ponorogo.

Hadir memberikan mauidhoh hasanah Habib Novel Alaydrus dari Solo. Habib gaul ini mengajak hadirin berdzikir dengan irama yang syahdu, sehingga tanpa terasa banyak yang meneteskan air mata bahkan ada yang sesenggukan menangis

15 Maret 2009

Duet KH. Sayuthi Farid dan Fatkhul Aziz Pimpin NU Ponorogo

Duet KH. Sayuthi Farid dan Fatkhul Aziz Pimpin NU Ponorogo

Akhirnya duet KH. Drs. Imam Sayuthi Farid, SH. M.Si dan Drs. Fatkhul Aziz memimpin NU cabang Ponorogo periode 2009 – 2014 dalam konferensi cabang lanjutan NU Ponorogo di Kampus INSURI Ponorogo siang tadi.
Pemilihan pengurus NU cabang Ponorogo ini sempat tertunda satu bulan, sebab ketika diadakan konferensi cabang NU pada tanggal 14 Pebruari 2009 lalu di Ponpes KH.Syamsuddin Durisawo Ponorogo peserta yang hadir tidak korum. Karena itulah sidang yang dipimpin oleh PW NU Jatim yang wakili KH. Drs. Hasyim Abbas (Wakil Rais Syuriyah) dan Drs. Abdul Wahid Asa (Wakil Ketua) memutuskan untuk menunda pelaknsanaan pemilihan pengurus.
Seperti diduga sebelumnya, KH. Drs. Imam Sayuti Farid, SH. M.Si, rais syuriyah lama yang juga ketua Insuri Ponorogo itu masih dikehendaki hampir semua Pengurus MWC maupun ranting, sehingga tanpa ada persaingan yang berarti, setelah mengantongi 221 suara dari 250 secara aklamasi peserta Konferensi menetapkannya sebagai Rais Syuriyah PCNU Ponorogo periode 2009 – 2014.
Sedangkan pemilihan ketua tanfidziyah juga secara aklamasi menetapkan Drs. Fatkhul Aziz sebagai Ketua PCNU Ponorogo periode 2009-2014 menggantikan H.Muhatim Hasan yang telah menjabat sebagai ketua PCNU Ponorogo dua periode. Dengan mengantongi suara 209, Kang Azis sapaan akrabnya yang juga anggota KPU POnorogo ini menyisihkan pesaingnya KH. Muhsin 19 suara, Drs. H.Sugeng Al-Wahid 8 suara dan lainnya satu suara.
Dengan hasil ini Kang Azis berharap kerjasama seluruh Pengurus dari Cabang, MWC dan Ranting untuk menegakkan ahlus sunnah wal jamaah dan khittah Nahdliyyah di NU Ponorogo yang sempat mengalami gangguan.






04 Maret 2009

Konfercab GP ANSOR Ponorogo

Konferensi Ansor Cabang Ponorogo berlangsung lancar. Perhelatan yang dibuka oleh Asrendiklat Satkornas Banser Drs. H. Abdul Mujib Syadzili, M.Si yang hadir atas nama pimpinan pusat Gerakan Pemuda Ansor ini menekankan pentingnya pembangunan sinergitas baik internal maupun eksternal untuk menuju Ansor yang tangguh saat ini dan dimasa yang akan datang.
Bagi Kader Ansor merupakan sebuah keniscayaan, tatkala diberikan amanah namun tidak berbuat banyak untuk organisasi, pengurus harus memerankan dirinya sesuai tugas dan fungsinya masing-masing secara maksimal, mengingat rentang waktu pengabdian yang sangat pendek, sesuai PD/PRT hanya empat tahun.
Untuk mengejar ketertinggalan, Mujib menegaskan perlunya penguatan fungsi kaderisasi, target jangka pendek perlu diarahkan pada kegiatan LKD dan Diklatsar di semua PAC GP. Ansor Ponorogo, sehingga dapat menciptakan lebih banyak kader yang militan sebagai ujung tombak dalam peningkatan akses organisasi ditengah masyarakat majemuk.
Menyinggung tentang hiruk pikuk politik yang berkembang saat ini, Gus Mujib menegaskan bahwa kader Ansor harus tetap menjaga keindependensiannya. Namun bukan berarti “mengunci diri”, karena itu harus tetap membangun komunikasi dengan pemerintah daerah, kepolisian dan unsur kepemudaan serta berkomunikasi aktif dengan partai politik. “Boleh saja berpolitik secara individu, tapi jangan membawa ansor secara kelembagaan,” ujarnya.
Peserta yang hadir pada acara konfercab PC GP. Ansor Ponorogo yang digelar di Pondok Pesantren Nurul Qur’an Ponorogo, 1 Maret 2009 ini lebih dari 100 orang, terdiri dari 18 PAC yang masing-masing mengirimkan 4 orang wakilnya, kemudian ditambah para peninjau dan beberapa undangan lain.
Sidang pemilihan yang diperkirakan akan berlangsung panas ternyata berjalan lancar. Meski dijelaskan pada tatib bahwa Pimpinan Sidang Pemilihan adalah Pimpinan Wilayah, namun karena sampai saat ini PW. GP. Ansor Jawa Timur belum mendapatkan SK dari Pimpinan Pusat maka dalam menjunjung tinggi konstitusi, sidang dipimpin Drs. H. Abdul Mujib Syadzili, M.Si selaku Pimpinan Pusat yang hadir.
Sesuai sidang tatib bahwa penjaringan calon ketua harus mendapatkan sedikitnya tujuh suara sehingga dari putaran pertama, Djoko Susilo, S.Pd yang mengantongi 10 suara, Syamsul 6, Idham dan Qomarudin masing-masing 1 suara berhasil mengusung Djoko Susilo menjabat sebagai Ketua PC GP. Ansor Kabupaten Ponorogo masa khidmat 2009-2013.
Sementara itu Ketua (P.Lh) PC NU Kabupaten Ponorogo berharap agar konferensi ini dapat berlangsung dengan baik sampai tuntas, “Pengalaman kegagalan penyelenggaraan konferensi PC NU kemarin jangan sampai terulang di konferensi GP. Ansor ini”, beliau berharap agar siapa saja yang terpilih mampu “ngurusi” organisasi, bukan malah menjadi urusan, imbuhnya.

03 Maret 2009

BERATNYA SIKSA KUBUR

Al-Faqih berkata bahwa Abu Ja’far meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa orang mukmin itu apabila diletakkan di dalam kuburnya maka kuburnya itu dilapangkan 70 hasta, ditaburi harum-haruman dan ditutup dengan kain sutera. Apabila ia hafal sebagian dari Al-Qur’an maka apa yang dihafalnya itu menerangi seluruh kuburnya, dan apabila ia tidak hafal, maka ia dibuatkan cahaya seperti matahari di dalam kuburnya. Ia bagaikan pengantin baru yang tidur dan tidak dibangunkan kecualioleh isteri yang sangat dicintainya. Kemudian ia bangun dari tidurnya seakan-akan ia belum puas dari tidurnya itu.Sedangkan orang kafir, maka kuburnya disempitkan atasnya sehingga tulang-tulangnya masuk ke dalam perutnya lantas didatangi berbagai macam ular yang besar sebesar leher unta, dimana ular-ular itu makan dagingnya sehingga tidak tersisa daging pada tulangnya. Kemudian datang kepadanya malaikat yang tuli, bisu dan buta dengan membawa cambuk-cambuk dari besi. Mereka memukulinya dengan cambuk-cambuk itu tanpa mendengar jeritan dan melihatorang itu sehingga tidak akan timbul rasa belas kasihan kepadanya. Disamping itu neraka selalu diperlihatkan kepadanya baik diwaktu pagi maupun diwaktu sore. Al-Faqih memberikan nasehat, barangsiapa yang ingin selamat dari siksaan kubur, maka ia harus senantiasa mengerjakan empat hal dan menjauhkan diri dari empat hal. Empat hal yang harus selalu dikerjakan itu adalah: shalat, shadaqah membaca Al-Qur’an dan banyak membaca tasbih (subhanallah – pen). Keempat hal ini akan bisa menjadikan kubur itu terang dan lapang. Sedangkan empat hal yang harus ditinggalkan adalah; dusta, khianat, adu domba dan hati-hati dalam masalah kecing. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya) : “Bersihkanlah (besucilah) sewaktu kencing, karena kebanyakan siksa kubur itu karena kencing”.Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Barang siapa yang banyak mengingat kubur maka ia akan mendapatkan kubur itu sebagai salah satu taman dari taman-taman sorga. Dan barangsiapa yang lalai kepada kubur maka ia akan mendapatkan kubur itu sebagai salah satu jurang dari jurang-jurang neraka”.Sahabat Ali karromallahu wajhahu didalam khutbahnya mengatakan: “Wahai hamba Allah ingatlah mati, ingatlah mati karena kamu tidak bisa menghindar darinya. Bila kamu diam, maka ia akan datang menghampirimu; dan bila kamu lari, ia akan mengejarmu. Ia terikat pada ubun-ubunmu. Carilah keselamatan, carilah keselematan. Di belakangmu ada kubur yang selalu mengejar kamu. Ingatlah bahwa kubur itu bisa merupakan salah satu taman dari taman-taman sorga, dan bisa pula merupakan salah satu jurang dari jurang-jurang neraka. Ingatlah bahwa sesungguhnya kubur itu setiap hari berbicara tiga kali dengan perkataan; “aku adalah rumah gelap, aku adalah rumah duka cita, dan aku adalah rumah ulat”. Ingatlah bahwa setelah itu ada suatu hari yang lebih ngeri dimana pada hari itu anak muda langsung beruban, orang tua pingsan, semua orang yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya, semua wanita yang hamil menggugurkan kandungannya, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak, akan tetapi siksaan Allah itu sangat keras. Ingatlah, bahwa setelah itu ada neraka yang panas sekali, sangat curam, perhiasaannya besi, airnya nanah, di dalamnya tidak ada rahmat Allah sama sekali”. (mendengar khutbah ini kaum muslimin menangis tersedu-sedu). Lalu Sayyidina Ali k.w melanjutkan khutbahnya: “Tetapi disamping itu ada sorga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menyelamatkan kita dari siksaan yang pedih dan memasukkan kami dan kamu ke dalam sorga tempat kenikmatan”.Rasulullah SAW bersabda (yang artinya) :“Kubur itu adalah pos (tempat pemberhentian) pertama dari pos-pos akhirat. Apabila seseorang selamat dari pos pertama itu maka pos berikutnya lebih mudah daripadanya, dan apabila seseorang tidak selamat dari pos pertama itu maka pos berikutnya lebih berat daripadanya”.Diriwayatkan dari Abdul Hamid bin Mahmud Al-Maghuli dimana ia berkata: “Sewaktu kami sedang duduk bersama-sama dengan Ibnu Abbas ra, tiba-tiba datanglah sekelompok kaum lalu berrkata: “Kamu berangkat dari rumah dengan maksud untuk menunaikan haji, dan ada seorang teman kami yang ketika sampai di daerah Dzatus Shafah meninggal dunia kemudian kami mengurusnya dan kami menggalikan kubur untuknya. Ketika kami menggali kubur dan membuat liang lahat ternyata liang lahat itu penuh dengan ular. Kemudian kami tinggalkan tempat itu, dan kami menggali lagi di temapt lain. Di tempat yang lain itu pun sama saja, liang lahatnya penih dengan ular. Kemudian kami tinggalkan tempat itu dan menggali lagi kubur untuk yang ketiga kalinya, dan ternyata di tempat itupun liang lahatnya penuh dengan ular. Kemudian kami tingalkan mayat itu dan kami datang kepadamu”. Ibnu Abbas ra berkata: “Itu adalah amal perbuatan yang ia lakukan sendiri. Pergilah dan kuburlah mayat itu di kubur yang mana saja. Demi Allah, seandainya kamu menggali seluruh bumi niscaya kamu kamu akan selalu menjumpai ular di dalamnya. Beritakanlah hal ini kepada kaumnya”. Abdul Hamid berkata: “Kemudian kami pergi dan mengubur mayat itu pada salah satu diantara ketiga kuburnyang kami galiitu. Ketika kami kembali (dari ibadah haji), kami mendatangi keluarganya dengan membawa barang kepunyaannya dan kami bertanya kepada istrinya: “Apa yang biasa dia lakukan waktu hidupnya ?”. Istrinya menjawab: “Ia dulu berjualan bahan makanan yaitu gandum. Setiap hari ia mengambil sebagian dari gandum dagangan itu untuk dimakan, kemudian sebanyak gandum yang dia ambil diganti dengan tangkai gandum yang warnanya serupa lalu ditumbuk dan dicampur dengan nya”.Amar bin Dfinar berkata: “Ada seorang penduduk Madinah yang mempunyai saudari di ujung kota. Pada saat saudarinya sakit dan ia datang menjenguk saudarinya itu. Setelah sampai disana, saudarinya itu mati dan ia mengurusnya dan ikut menguburnya. Sesudah selali penguburan, ia pulang ke rumahnya lalu teringat bahwa kantong uangnya jatuh sewaktu mengubur saudarinya itu. Ia lalu minta tolong seorang teman untuk menggali kubur dan ia pun menemukan kantong yang jatuh itu. Ia berkata pada temannya: “Pergilah kamu, karena aku ingin melihat apa yang sedang terjadi pada diri saudariku”. Kemudian ia mengangkat penutup liang lahat dan tiba-tiba terlihat bahwa kubur itu menyalakan api. Ia lalu meratakan kembalikubur itu dan cepat-cepat pulang menemui ibunya dan bertanya: “Beritahukan kepadaku apa yang biasa dilakukakan oleh saudariku”. Ibunya menjawab: “Kenapa kamu menanyakan tentang saudarimu, sedangkan dia sudah meninggal dunia?”. Ia berkata lagi : “Tolong bu, beritahukan kepadaku”. :Ibunya menjawab: “Saudarimu itu suka mengakhirkan shalat dan tidak mengerjakan shalat dengan suci yang sempurna. Ia suka datang ke rumah-rumah tetangga dengan menceritakan kepada mereka apa yang ia dengar daengan maksud mengadu domba”. Itulah yang menyebabkan siksaan kubur. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin selamat dari siksa kubur maka ia harus menjauhkan diri dari adu domba dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya agar bisa selamat dari siksaannya dan dapat dengan mudah menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. (m. muslih albaroni)

13 Februari 2009

PERESMIAN WEBSITE PCNU PONOROGO

Perkembangan teknologi yang begitu gencar, membuat PCNU Ponorogo tergerak untuk tidak ketinggalan zaman. H. Muhatim Hasan selaku Ketua Tanfidziyah PCNU Ponorogo telah meresmikan peluncuran Website PCNU Ponorogo dengan alamat http://www.nuponorogo.org pada tanggal 14 Pebruari 2009 di Pondok Pesantren KH Syamsuddin Durisawo Ponorogo asuhan K.Ayyub Ahdian Syam, SH saat pelaksanaan Konferensi Cabang NU Ponorogo.

SAMBUT KONFERENSI PCNU PONOROGO ADAKAN SARASEHAN

Ponorogo, nuponorogo online.
Dalam persiapan konferensi Cabang NU Ponorogo yang digelar 14 Pebruari 2009, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Ponorogo melaksanakan sarasehan yang bertema "Revitalisasi Peran dan Fungsi Jamiyyah NU Dalam Pemberdayaan Warga". Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Akafarma INSURI Ponorogo.
Menurut Ketua Panitia Konferensi Cabang NU Ponorogo, Drs. Fathul Aziz, Sarasehan ini adalah upaya menjembatadi berbagai aspirasi dan memberikan ruang dialog lintas generasi NU, terkait penguatan peran NU dalam memberdayakan warganya.
"Kepengurusan NU ke depan diharapkan mampu melakukan kerja-kerja pemberdayaan masyarakat terutama dibidang-bidang yang menyangkut hajat hidup orang banyak, terutama warga NU sebagaimana dihasilkan sarasehan ini" ujarnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh 100 orang dari unsure structural NU cabang sampai MWC dan juga perwakilan dari kalangan profesi, politisi dan praktisi hukum. (serambi)

21 Januari 2009

Berdzikir Memakai Tasbih

Ada beberapa amalam berupa dzikir atau shalawat yang ditentukan bilangannya. Seperti sehabis shalat wajib disunnahkan membaca "Subhanallah" sebanyak 33 kali. "Alhamdulillah" 33 kali, "Allahu akbar" 33 kali dan "La Ilaha illallah" 100 kali. Demikian pula membaca shalawat nariyah 4444 kali.

Untuk mencapai bilangan itu, biasanya orang-orang memakai tasbih. Ada yang mengklaim bahwa penggunaan tasbih itu adalah bid’ah, sebab tidak ada pada zaman Rasulullah SAW. Lalu bagaimana sebetulnya?

Tasbih dalam bahasa Arab disebut dengan as-subhah atau al-misbahah. Yaitu untaian mutiara atau manik-manik dengan benang yang biasa digunakan untuk menghitung jumlah tasbih (bacaan Subhanallah), doa dan shalawat. Dan ternyata pada masa Rasulullah pemakaian tasbih ini sudah dilaksanakan. Dalam sebuah hadits dijelaskan:

“Diriwayatkan dari Aisyah binti Sa’d bin Abi Waqash dari ayahnya bahwa dia bersama Rasulullah SAW pernah masuk ke rumah seorang perempuan. Perempuan itu memegang biji-bijian atau krikil yang digunakan untuk menghitung bacaan tasbih. Lalu Rasulullah SAW bersabda:


أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أَيْسَرُعَلَيْكِ مِنْ هَذَا أوْ أفْضَلُ فَقَالَ قُوْلِيْ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَاخُلَقَ فِي السَّمَاءِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَاخُلِقَ فِي الأرْضِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَابَيْنَ ذَلِكَ، سُبْحَانَ الله عَدَدَ مَاهُوَ خَالِقٌ، وَاللهُ أكْبَرُمِثْلَ ذَلِكَ‘وَالْحَمْد ُلِلّهِ مِثْلُ ذَلِكَ، وَلَاإلهَ إلَّااللهُ مِثْلَ ذَلِكَ‘وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إلاَّباِللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ مَثْلُ ذَلِكَ


Aku akan memberitahu dirimu hal-hal yang lebih mudah kamu kerjakan atau lebih utama dari menggunakan kerikil ini. Bacalah “Maha Suci Allah” sebanyak bilangan makhluk langit, “Maha Suci Allah” sebanyak hitungan makhluk bumi, “Maha Suci Allah” sebilangan makhluk antara langit dan bumi, “Maha Suci Allah” sebagai Sang Khaliq. “Segala Puji Bagi Allah” seperti itu pula (bilangannya), “Tiada Tuhan Selain Allah” seperti itu pula, ”Allah Maha Besar” seperti itu pula, dan ”Tidak Ada Upaya dan Kekuatan Seian dari Allah” seperti itu pula." (HR Tirmidzi)

Menomentari hadits ini Abi al-Hasanat Abdul Hayyi bin Muhammad Abdul Halim al-Luknawi dalam Nuzhah al-Fikri fi Sabhah ad-Dzikr mengatakan, Rasulullah SAW tidak mengingkari apa yang dilakukan wanita itu. Hanya saja beliau bermaksud untuk memudahkan dan meringankan wanita itu serta memberi tuntutan bacaan yang umum dalam tasbih yang memiliki keutamaan yang besar.

Bertolak dari pendapat ini, kami bisa memahami bahwa para sahabat sudah biasa menggunakan biji-bijian atau kerikil untuk mempermudah di dalam menghitung dzikir-dzikir yang dibaca sehari-hari. Dan hal itu ternyata tidak pernah dipungkiri oleh Rasulullah SAW.

Ini membuktikan bahwa Nabi mengamini (setuju) terhadap apa yang dilakukan oleh para Sahabat itu. Oleh sebab itu, memakai tasbih dalam berdzikir bukannya bid’ah dhalalah (hal baru yang menyesatkan) sebagaimana yang diklaim oleh beberapa orang selama ini. Sebab jika memang menggunakan tasbih itu termasuk hal-hal yang menyesatkan niscaya sejak awal Rasul sudah melarang para sahabat untuk memakainya.


KH Muhyiddin Abdushomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember

19 Januari 2009

PERSENTUHAN KULIT ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MEMBATALKAN WUDLU

Persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan dengan tanpa penghalang dan diantara keduanya bukan mahram dapat membatalkan wudlu, baik yang menyentuh maupun yang disentuh. Di dalam surat An-Nisa’ ayat 43 disebutkan :
Yang Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu Telah menyentuh perempuan, Kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun”.
Imam Malik di dalam kitab Al-Muwatha’ halaman 31 hadits nomor 97 menyebutkan :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ : قُبْلَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَجَسُّهَا بِيَدِهِ مِنَ الْمُلاَمَسَةِ، فَمَنْ قَبَّلَ امْرَأَتـَهُ اَوْ جَسَّهَا بِيَدِهِ فَعَلَيْهِ الْوُضُوْءُ. رواه مالك.
Artinya : “Dari Abdullah bin Umar beliau berkata : Ciuman seorang lelaki terhadap istrinya dan menyentuh dia dengan tangannya adalah termasuk “mulamasah”, maka barangsiapa mencium istrinya atau menyentuhnya dengan tangannya, maka dia wajib berwudlu”. (HR. Imam Malik.)
Imam Ahmad juga meriwayatkan sebuah hadits :
عَنْ حَبِيْبِ بْنِ اُبَىِّ ثَابِتٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا اَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَ بَعْضَ نِسَائِهِ ثُمَّ خَرَجَ اِلَى الصَّلاَةِ وَلَمْ يَتَوَضَّاءَ. رواه احمد.
Artinya : “Dari Habib Ibnu Abi Tsabit dari Urwah dari Siti ‘Aisyah R,a, bahwasannya Nabi Saw mencium sebagian istrinya, kemudian beliau keluar pergi shalat dan beliau tidak berwudlu’ lebih dahulu” HR.Imam Ahmad.
Hadits ini ditentang oleh Imam Tirmidzi dalam bukunya :
وَقَالَ التِّرْمِذِىُّ سَمِعْتُ مُحَمَّدْ اِسْمَاعِيْلُ الْبُخَارِىُّ يُضَعِّفُ هَذَا الْحَدِيْثَ.وَاَبُوْ دَاوُدَ اَخْرَجَهُ مِنْ طَرِيْقِ التَّيْمِىِّ عَنْ عَائِشَةَ وَلَمْ يَسْمَعْ مِنْهَا شَيْئًا فَهُوَ مُرسَلٌ .
Artinya : “ Dan Imam Tirmidzi berkata : Aku telah mendengar Muhammad Ismail Al- Bukhari men-dla’ifkan hadits ini. Dan meriwayatkan pula Abu Dawud dari jalan sanad At-Taimiy dari ‘Aisyah, dan ia ( At-Taimiy ) tidak mendengar sedikitpun dari ‘Aisyah, maka hadits ini Mursal.
Hadits Mursal ialah hadits yang diriwayatkan oleh seorang Tabi’in yang langsung menyebut hadits langsung dari Nabi SAW, dengan tidak menyebut nama orang yang menceritakan kepadanya.
Karena itu, para Ulama ahli ilmu Hadits sepakat bahwa hadits Mursal tidak boleh dijadikan pedoman hukum.
Adapun Hadits yang dijadikan landasan bahwa bersentuhan kulit antara laki-laki dan wanita itu tidak membatalkan wudlu’, yaitu :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : كُنْتُ اَنَامُ بَيْنَ يَدَىْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَىَّ فِى قِبْلَتِهِ فَاِذَا سَجَدَ غَمَزَنِى فَقَبَضْتُ رِجْلَىَّ فَاِذَا قَامَ بَسَطْتُهَا. (رواه البخارى)
Artinya : “Dari ‘Aisyah Ra, berkata : adalah aku tidur di hadapan Rasulullah Saw, dan kakiku di arah kiblat beliau, apabila beliau sujud ia memijit kakiku ( dengan tangan beliau ), maka aku tarik kakiku, dan apabila beliau telah berdiri, aku luruskan kembali kakiku”. HR. Bukhariy. Shahih Bukhariy juz I halaman 131.
Hadits ini mengandung beberapa kemungkinan (Ihtimal). Mungkin saja dalam peristiwa itu, Nabi SAW memijit kaki Siti ‘Aisyah yang ditutupi selimut, atau pakai kaos kaki, atau juga pakai celana panjang. Karena dalam hadits ini tidak ada indikasi (qarinah) yang menerangkan bahwa tangan Nabi SAW menyentuh kulit kaki Siti ‘Aisyah.
Di dalam kaidah Ushul Fiqih di sebutkan :
اَلدَّلِيْلُ اِذَا طَرَقَهُ اْلإِحْتِمَالُ سَقَطَ بِهِ اْلإِسْتِدْلاَلُ
Artinya : “Dalil-dalil yang jalannya mengandung Ihtimal (boleh jadi) tidak boleh di pakai lagi menjadi dalil”.
KESIMPULAN
Menurut Madzhab Syafi’I persentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya (termasuk antara suami istri) tanpa pelapis (hail) adalah membatalkan wudlu.

18 Januari 2009

PUJI-PUJIAN SETELAH ADZAN

PUJIAN SETELAH ADZAN
Kita disunahkan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT, membaca tasbih, tahmid, takbir dan lain-lainnya dari berbagai macam dzikir, dan doa-doa, terutama ketika di dalam masjid.
Allah SWT, bersabda di dalam surat An-Nur ayat 36:
Artinya : Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang Telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, 37. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah (dzikir), dan (dari) mendirikan sembahyang, ……
Di dalam masjid hendaknya asma Allah senantiasa di sebut pagi dan petang. Demikianlah pengertian dari ayat di atas. Oleh karena itu sebaiknya puji-pujian itu berupa kalimat-kalimat yang mengandung dzikir, tasbih, takbir, tahlil, shalawat dan doa-doa dengan irama yang santun, terutama setelah adzan dikumandangkan.
Ada beberapa hadits Nabi Saw, yang menyebutkan bahwa, doa-doa yang di baca sesudah adzan dan sebelum iqamat itu mustajabah (dikabulkan Allah).
Adapun hadits-hadits itu ialah :
عَنْ أَنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلدُّعَاءُ لاَيُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ. رواه احمد وابوداود والترمذى والنسائى وابن حبان.
Artinya : “Dari Anas r.a, bersabda Rasulullah Saw : Tidak akan di tolak doa di antara adzan dan iqamah”. HR. Ahmad – Abu Dawud – At-Turmudzi – An.Nasa’i dan Ibnu Hibban. ( Hadits shohih ).
عَنْ أَنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلدُّعَاءُ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ مُسْتَجَابٌ فَادْعُوْا. رواه ابو يعلى حديث صحيح.
Artinya : “Dari Anas r.a, bersabda Rasulullah Saw : Doa diantara adzan dan iqamah itu dikabulkan, maka berdoalah kalian”. HR. Abu Ya’la ( hadits shahih ).
KESIMPULAN :
Pujian setelah adzan hukumnya sunnah.

SHALAT ’ID YANG BAIK DIMANA ?

Dalam hal pelaksanaan shalat ‘Id, Rasulullah SAW pernah melaksanakan di mushalla (lapangan) dan pernah pula melaksanakannya di masjid, sebagaimana banyak dijelaskan dalam hadits-hadits, yang antara lain sebagai berikut :
1. Riwayat Imam Bukhari, hadits nomor 956
عَنْ اَبِي سَعِيْد الخدري قال : كَانَ النَّبِيُّ صَلََّّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ وَالاضْحَى اِلَى الْمُصَلَّى فأوَّلُ شَيْءٍ يبَدْأَ ُبِهِ الصَّلاةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُوْمُ مُقَابَلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوْسٌ عَلَى صُفُوْفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوْصِيْهِمْ وَيأمرُهُم فَإنَ كانَ يريْدُ ان يقْطعَ بعثا قَطعَهُ او يَأمُر بشيءٍ يأمُر بِهِ ثم ينصرف ...
Artinya : Dari Abi Said Al-Khudry, beliau berkata : Bahwa pada hari raya Fitri dan hari raya Adlha .....
2. Riwayat Imam Muslim, hadits nomor 2055
عَنْ اَمِّ عطية قالت : اَمَرَنَا رَسُوْلُ الله صَلََّّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ نُخْرِجَهُمْ في الفِطْرِ والأضْحَى العَوَاتِقَ والحيض وذوات الحذور ....
3. Riwayat Imam Abu Dawud, hadits nomor 1136
عن ام عطية قالت : امرنا رسول الله صَلََّّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ نُخْرِجَ ذَوَاتِ الحذُوْرِ يَوْمَ العِيْدِ قِيْلَ فالحَيْضُ ؟ قَالَ لِيَشْهَدْنَ الخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ. قَالَ فقَالَتْ اِمْرَأَةٌ يَا رَسُوْلَ الله اِنْ لَمْ يكُنْ لاِحْدَاهُنَّ ثَوْبٌ كَيْفَ تَصْنَعُ ؟ قَالَ تُلْبِسُهَا صَاحِبَتُهَا طَائِفَةًً مِنْ ثَوْبِهَا
4. Riwayat Imam Abu Dawud, hadits nomor 1160
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّهُ اَصَابَهُمْ مَطَرٌ يَوْمَ عِيْدٍ فَصَلَّى بِهِمُ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَةَ الْعِيْدِ فِى الْمَسْجِدِ. رواه ابو داود.
Artinya : “Dari Abu Hurairah, bahwasannya terjadi hujan pada hari raya, maka Nabi Saw, shalat ‘Id bersama-sama di masjid”. HR. Abu Dawud.
5. Riwayat Imam Ibnu Majah, hadits nomor 1313
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : اَصَابَ النَّاسَ مَطَرٌ فِى يَوْمِ عِيْدٍ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ًصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى بِهِمْ فِى الْمَسْجِدِ. رواه ابن ماجه.
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : terjadi hujan pada orang-orang di hari raya pada masa Rasulullah Saw, maka beliau shalat ‘Id bersama mereka di dalam masjid”. HR.Ibnu Majah.
Lalu, lebih afdhal manakah antara melaksanakan shalat ‘Id di lapangan dengan di masjid? Untuk menjawab pertanyaan ini, hendaklah dilakukan kompromi (al-jam’u) antara dalil-dalil yang nampak berlawanan tersebut.
Kalau diteliti, dalam hadits-hadits tersebut terdapat illatnya masing-masing. Yaitu :
1. Dalam rangka melaksanakan shalat ‘Id itu, Rasulullah SAW memerintahkan agar menggerakkan atau melakukan mobilisasi seluruh komponen masyarakat muslim termasuk para hamba sahaya, wanita (yang pada hari biasa tidak dianjurkan ke masjid), serta wanita-wanita yang sedang haidl (menstruasi). Hal ini seperti ditunjukkan teks hadits yang berbunyi “ امرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ان نخرجهم “. Pelaksanaannya di lapangan, sebab masjid tidak mampu menampung seluruh jamaah kaum muslimin.
2. Ketika situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk memobilisasi seluruh komponen masyarakat, maka Rasulullah SAW melaksanakannya di masjid, karena masjid masih mampu menampung jamaah yang hadir. Hal ini ditunjukkan oleh teks hadits yang menyatakan bahwa ketika hujan Rasulullah SAW melaksanakan shalat ‘id di masjid, seperti dijelaskan hadits riwayat Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah di atas. Padahal meskipun di masjid, para jamaah tetap kehujanan karena kondisi masjid pada waktu itu belum berupa gedung yang beratap rapat seperti sekarang ini.
Dengan memahami illat dari masing-masing hadits tersebut, dapat disimpulkan bahwa melaksanakan shalat ‘id itu lebih utama (afdhal) di masjid jika masih memungkinkan untuk menampung jamaah yang hadir. Disamping itu masjid lebih terjaga kesuciannya dan dimuliakan masjid di sisi Allah SWT. Allah berfirman dalam Surat At-Taubah : 18 :
Yang artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Oleh karena itu, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Subulus Salam, para ulama’ seperti Imam Syafi’i, Imam Yahya dan sekelompok ulama’ lainnya menetapkan bahwa shalat ‘id di masjid lebih afdhal apabila masjid itu luas (masih bisa menampung jamaah), maka hendaklah tetap tidak keluar dari masjid itu. Dan dengan alasan itulah penduduk Makkah tidak keluar ke lapangan karena masjid masih bisa menampung jamaahnya.
Dalam kitab Kifayatul Akhyar dijelaskan, bahwa pendapat yang betul adalah masjid lebih utama.
KESIMPULAN :
1. Bahwa melaksanakan shalat ‘id itu lebih utama (afdhal) di masjid jika masih memungkinkan untuk menampung jamaah yang hadir.
2. Masjid lebih terjaga kesuciannya dan dimuliakan di sisi Allah SWT.

BERDOA DENGAN MENGANGKAT TANGAN

MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDOA
Berdoa merupakan salah satu perintah Allah SWT. Dalam berdo’a tentu ada tata caranya. Di antara tata cara tersebut adalah mengangkat tangan kemudian diakhiri dengan mengusap wajah dengan kedua tangan. Hadits Nabi yang mendasari tentang mengangkat tangan itu banyak sekali hingga mencapai tingkat mutawatir. Imam Nawawi mengatakan :
قََدْ جَمَعْتُ فِيْهَا نَحْوًا مِنْ ثَلاثِيْنَ حَدِيْثًا مِنَ الصَحِيْحَيْنِ أوْ أحَدِهِمَا
“Saya telah mengumpulkan dalam hal (mengangkat tangan ketika berdoa) itu sekitar 30 hadits shahih dari Bukhari Muslim atau salah satunya”
Dalam praktik doa ketika Nabi SAW mendoakan ummatnya dijelaskan bahwa Nabi SAW membaca firman Allah azza wa jallaرَبِِّ إِنََّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيْرًامِنَ النٌَاسِ.. kemudian ayatإِنْ تُعَذِّبْهُمْ ... sampai فَإنٌَكَ أنْتَ العَزِيْزُ الحَكِيْمُ kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa اللهمٌ أمٌَتِيْ أمٌَتِيْ ... ...
Di samping itu banyak pula hadits lain, bahkan Imam At Thabrani menulis kitab Ad Du’a’ yang memuat banyak hadits tentang hal ini (berdoa dengan mengangkat tangan). Diantaranya Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar dari shahabat Umar RA :
أنٌَ رَسُوْلَ اللهِ كَانَ إذَا دَعَا رَفَعَ بَاطِنَ كَفٌَيْهِ إلَى السٌَمَاءِ وَلا يَرُدٌهُمَا حَتٌَى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
Artinya : “ Sesngguhnya Rasulullah SAW apabila berdoa beliau mengangkat kedua telapak tangannya kearah langit dan beliau tidak menurunkannya sebelum mengusapkan keduanya ke wajah beliau”
Dari shahabat Walid ban Abdullah bahwasanya Nabi SAW bersabda :
إذَا رَفَعَ أحَدُكُمْ يَدَيْهِ يَدْعُوْ فَإِنٌَ اللهَ عز و جل جَاعِلٌ فِيْهِمَا بَرَكَةً وَرَحْمَةً فَإذَا فَرَغَ مِنْ دُعَائِهِ فَلْيَمْسَحْ بِهِمَا وَجْهَهُ
Artinya : “ Apabila salah seorang dari kamu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, maka sesungguhnya Allah azza wa jalla menjadikan baerakah dan rahmat pada kedua tangan itu. Maka apabila orang itu selesai dari doanya maka hendaklah dia mengusapkan wajahnya dengan kedua tangan itu”
Lalu bagaimana dengan hadits riwayat Anas yang mengatakan bahwa Nabi SAW tidak mengangkat tangan ketika berdoa selain dalam shalat istisqa’, yaitu :
عَنْ أنَسٍ أنٌَ نَبِيٌَ الله صلى الله عليه وسلم كَانَ لا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِيْ شَيْئٍ مِنْ دُعَائِهِ إلاٌ فِي الإسْتسِقَاءِ حَتٌَى يُرَى بَيَاصُ إبْطَيْهِ
“ Dari Anas bahwasanya Nabiyullah SAW tidak mengangkat tangannya pada waktu berdoa kecuali dalam shalat istisqa’ sehingga terlihat putih di ketiaknya”
Hadits ini bukan meniadakan atau melarang mengangkat tangan dalam berdoa selain dalam shalat istisqa’. Akan tetapi menjelaskan bahwa ketika berdoa dalam shalat istisqa’ Nabi SAW mengangkat tangannya lebih tinggi dari pada ketika selain shalat istisqa’, sehingga sampai kelihatan ketiaknya. Hal ini seperti dijelaskan oleh As Shun’ani dalam kitab Subulus Salam dengan mengutip pendapat Imam Nawawi dalam Syarah Al Muhadzdzab, sebagai berikut :
وَأمٌَا حَدِيْثُ أنَسٍ فِيْ نَفْيِ رَفْعِ اليَدَيْنِ فِيْ غَيْرِ الإسْتِسْقَاءِ فَالْمُرَادُ بِهِ نَفْيُ الْمُبَالَغَةِ لا نَفْيُ أصْلِ الرٌفْعِ
Artinya : ” Adapun hadits Anas yang meniadakan mengangkat tangan dalam selain shalat istisqa’ itu maksudnya meniadakan penyangatan, bukan meniadakan substansi mengangkat tangan ”
Dengan kata lain, dalam doa shalat istisqa’ itu Rasulullah SAW menunjukkan sikap ibtihal (ekspresi kesungguhan berdoa dengan mengangkat tinggi kedua tangan). Sedangkan dalam selain shalat istisqa’ tidak menunjukkan sikap ibtihal. Tentang mengangkat tangan dan ibtihal ini dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas riwayat At Thabrani sebagai berikut :
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: هَكَذَا الإخْلاصُ يُشِيْرُ بِأُصْبُعِهِ الٌتِيْ تَلِيْ الإبْهَامَ وَهَذَا الدٌُعَاءُ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَهَذَا الإِبْتِهَالُ فَرَعَ يَدَيْهِ مَدًّا
Artinya : ” Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: beginilah ikhlas seraya beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya, dan beginilah doa lalu beliau mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya, dan beginilah ibtihal maka beliau mengangkat tinggi kedua tangannya ”
Mendasar kepada dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa disunnahkan mengangkat kedua tangan ketika berdoa, kemudian mengusapkan kedua tangan itu ke wajah, kecuali dalam doa qunut atau doa ketika shalat tidak disunnahkan mengusapkan kedua tangan ke wajah. Lebih lanjut dalam kitab Al Bajuri dijelaskan sebagai berikut : Disunnahkan mengangkat kedua tangan ketika membaca doa qunut dan menjadikan telapak tangan bagian dalam mengarah ke langit pada saat mengharap suatu permohonan yang baik, dan membalikkannya ketika mengharap hilangnya keburukan (mushibah). Demikian pula pada seluruh doa (baik qunut maupun bukan). Dan tidak disunnahkan mengusap wajah selesai doa dalam shalat (qunut) bahkan lebih utama meninggalkannya. Berbeda ketika berdoa di luar shalat, maka disunnahkan mengusap wajah bukan mengusap dada.
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad dijelaskan sebagai berikut :
كَانَ إذَا سَألَ اللهَ جَعَلَ بَاطِنَ كَفٌَيْهِ إلَيْهِ وَإذَا اسْتَعَاذَ جَعَلَ ظَاهِرَهُمَا إلَيْهِ (رواه أحمد في مسنده)
Artinya : “ Apabila memohon kepada Allah, beliau (Nabi SAW) mengarahkan telapak tangannya (bagian dalam) ke arahnya, dan apabila memohon perlindungan beliau mengarahkan telapak tangannya (bagian luar) ke arahnya “
KESIMPULAN :
1. Hukum mengangkat tangan dalam berdoa adalah SUNNAH.
2. Ketika memohon kebaikan tapak tangan menghadap ke wajah, dan ketika memohon perlindungan membalikkan tapak tangan.
3. Setelah berdoa disunnahkan mengusapkan kedua tapak tangan ke wajah, kecuali dalam doa qunut.

WIRIDAN SETELAH SHALAT 5 WAKTU

WIRID-DZIKIR SETELAH SHALAT
Diriwayatkan dari Sahabat Tsauban, ia berkata; bila usai mengerjakan shalat, Rasulullah SAW membaca istigfar 3 kali
أسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيْمِ
lalu membaca:
اللّهُمَّ أنْتَ السَلام وَمِنْكَ السَّلام تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلالِ وَالإكْرَامِ
(HR Muslim)
Hadits lain yang diriwayatkan Abu Hurairah RA :
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَْهُ قَالَ، قَالَ أَبُوْ ذَرٍّ يَا رَسُوْلَ الله ذَهَبَ اَصْحَابُ الدُثُوْرِ بِالاُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ وَلَهُمْ اَمْوَالٌ يَتَصَدَّقُوْنَ بِهَا وَلَيْسَ لَنَا مَالٌ نَتَصَدَّقُوْنَ بِهِ فَقَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم يَا أَبَا ذَرٍّ أَلاَ أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ تُدْرِكُ بِهِنَّ مَنْ سَبَقَكَ وَلاَ يَلْحَقُكَ مَنْ خَلْفَكَ إِلاَّ مَنْ أَخَذَ بِمِثْلِ عَمَلِكَ قَاَل بَلَى يَا رَسُوْلَ الله قَالَ تُكَبِّرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاثاً وَثَلاثِيْنَ وَتَحْمَدُهُ ثَلاثاً وَثَلاثِيْنَ وَتُسَبِّحُهُ ثَلاَثاً وَثَلاثِيْنَ وَتَخْتِمُهَا بِلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوْبُهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ ( رواه ابو داود)
Artinya : “Dari Abu Hurairah RA, bahwa Abu Dzar RA bertanya kepada Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah orang-orang kaya mempunyai banyak pahala. Mereka melaksanakan shalat sebagaimana kami mendirikan shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka, namun kami tidak memiliki harta yang dapat kami sedekahkan”. Lalu Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Dzar maukah aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang bisa menyamakan derajatmu dengan orang-orang yang mendahuluimu, dan orang-orang yang datang sesudahmu tidak akan dapat menyamaimu kecuali kalau mereka juga membaca kalimat itu. Abu Dzar menjawab “Iya wahai Rasulullah.” Maka kemudian Rasulullah bersabda, “Hendaknya kamu membaca takbir 33 kali, tahmid 33 kali, tasbih 33 kali setiap setelah shalat, kemudian diakhiri dengan bacaan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (la ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qadir) maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun seperti buih dilautan.”
Hendaknya, memang, wiridan tidak dibaca terlalu keras jika masih ada yang mengerjakan shalat atau tidur agar tidak mengganggu. Akan tetapi sudah menjadi kebiasaan di pesantren santri yang terlambat melalukan shalat (makmum masbuq) tidak terlalu banyak, dan tetap mengucapkan wirid dengan suara keras akan sangat bermanfaat buat santri yang lainnya, Para ulama membolehkan imam membaca wirid atau doanya dengan suara keras bila imam bermaksud mengajarkannya kepada para santri atau makmum. (Lihat Mughnil Muhtaj I, hal 182).
Dikisahkan, Sahabat Umar bin Khattab selalu membaca wirid dengan suara lantang, berbeda dengan Sahabat Abu Bakar yang wiridan dengan suara pelan. Suatu ketika nabi menghampiri mereka berdua, dan nabi lalu bersabda: Kalian membaca sesuai dengan yang aku sampaikan. (Lihat al-Fatâwâ al-hadîtsiyah, Ibnu Hajar al-Haitami, hal 65).
Berdzikir (wiridan) dengan suara keras (jahr), setelah shalat maktubah atau shalat sunah, menurut kesepakatan (ijma’) para Ulama’ hukumnya sunah, karena hal itu sudah menjadi kebiasaan Rasulullah Saw, sebagaimana yang di terangkan dalam hadits-haditsnya :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ اَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ اَعْلَمُ اِذَا انْصَرَفُوْا بِذَلِكَ اِذَا سَمِعْتُهُ. رواه البخارى ومسلم
Artinya : “ Dari Ibnu Abbas r.a, ia menceritakan : bahwa sesungguhnya mengeraskan suara dengan dzikir ketika orang-orang selesai shalat fardlu itu sudah terjadi sejak zaman Rasulullah Saw. Ibnu Abbas menjelaskan lagi; aku dapat mengetahui bahwa mereka telah selesai shalat, demikian itu kebetulan aku mendengarnya”. HR. Imam Bukhari.
اَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ اَخْبَرَهُ اَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ لِلذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ ذَلِكَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَتَ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ : كُنْتُ اَعْلَمُ اِذَا انْصَرَفُوْا بِذَلِكَ وَاَسْمَعُهُ . رواه ابوداود.
Artinya : “Sesungguhnya Ibnu Abbas menceritakan, bahwa mengeraskan suara untuk dzikir ketika orang-orang selesai shalat fardlu itu adalah sudah terjadi sejak zaman Rasulullah Saw. Kata Ibnu Abbas : aku ketahui yang demikian itu ketika mereka selesai shalat dan aku juga mendengarnya “. HR. Imam Abu Dawud.
BACAAN DZIKIR YANG DIBACA RASULULLAH SAW.
Dzikir atau wirid yang di contohkan oleh Rasulullah SAW banyak sekali, namun di sini akan kami nukilkan beberapa hadits dzikir Rasulullah SAW yang sudah biasa diamalkan oleh kaum muslimin / nahdliyyin, diantaranya :
عَنْ اَبِى عَمْروٍ بْنِ مُرَّةَ قَالَ : سَمِعْتُ بِلاَلَ بْنِ يَسَارٍ بْنِ زَيْدٍ مَوْلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَمِعْتُ اَبِى يُحَدَّثَنِيْهِ عَنْ جَدِّى اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِى لاَإِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ، غُفِرَ لَهُ وَاِنْ كَانَ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ. رواه ابوداود.
Artinya : “ Dari Abu Amrin bin Murrah ia berkata : aku mendengar Bilal bin Yasar bin Zaid anak angkat Nabi Saw, ia berkata ; aku mendengar ayahku menceritakannya dari kakekku bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw, bersabda :”Barangsiapa mengucapkan:
َ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِى لاَإِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ (aku memohon ampunan Allah, yang tiada Tuhan kecuali Dia, Yang Maha hidup Yang berdiri sendiri dan aku taubat kepada-Nya ), maka diampunilah dosanya sekalipun (dosa) lari dari musuh”. HR. Imam Abu Dawud
عَنْ ثَوْبَانَ : اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ يَقُوْلُ "اَللهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ". رواه ابن ماجه.
Artinya : “Dari Tsauban berkata ; bahwa Rasulullah SAW, apabila selesai dari shalatnya membaca Istighfar tiga kali kemudian mengucapkan : اَللهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. HR. Imam Ibnu Majah.
عَنِ الْمُغِيْرَةَ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَا فَرَغَ مِنَ الصَّلاَةِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رواه مسلم
Artinya : “Dari Mughirah bin Syu’bah, bahwa Rasulullah Saw, apabila selesai dari shalatnya dan salam mengucapkan : “لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (Tiada Tuhan melainkan Allah Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagiNya puji-pujian dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu )”. HR. Imam Muslim.
عَنْ عَلِىٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ قَرَأَ أَيَةَ الْكُرْسِيِّ فِى دُبُرِ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ فِى ذِمَّةِ اللهِ اِلَى الصَّلاَةِ اْلأُخْرَى . رواه الطبرانى باءسناد حسن.
Artinya : “Dari ‘Ali r.a, sesungguhnya Nabi Saw, bersabda : Barangsiapa membaca ayat Kursiy setelah selesai shalat fardlu (maka) dia dalam penjagaan Allah sampai pada shalat yang lain”. HR. Imam Thabrani, dengan sanad yang bagus.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ٌقَالَ : مَنْ سَبَّحَ اللهَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَحَمِدَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَكَبَّرَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ تِلْكَ تِسْعٌ وَتِسْعُوْنَ ثُمَّ قَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ غُقِرَتْ لَهُ خَطَايَاهُ وَاِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ. رواه احمد والبخارى ومسلم وابو داود.
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa membaca tasbih (سبحان الله) setiap selesai shalat 33 kali dan bertahmid (الحمد لله) 33 kali dan bertakbir (الله اكبر) 33 kali, maka yang demikian itu berjumlah 99 kali, kemudian mengucapkan (لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ), sebagai sempurnanya 100 kali, maka diampunilah kesalahannya (dosanya) sebanding buih lautan”. HR. Imam Ahmad, Imam Bukhariy, Imam Muslim dan Imam Abu Dawud.
KESIMPULAN :
Hukum wiridan setelah shalat fardlu adalah sunnah, berdasarkan hadits-hadits yang telah disebutkan diatas.

10 Januari 2009

3 LANGKAH RIZKI MELIMPAH DAN BERKAH



SUGIH DUIT.
Siapapun orangnya pasti (insya'allah) pengen sugih duit, kaya uang, bisa cepet pergi haji, punya rumah bagus, dan mobil bagus serta banyak amal. Yang namanya orang kaya ialah orang yang sudah tidak membutuhkan apa-apa, karena sudah kaya sudah cukup.
Agar kita bisa kaya dan berkah kekayaan kita, maka kita harus melaksanakan segala yang telah diperintahkan oleh ALLAH swt. Pertama kita harus berusaha, ikhtiar yaitu dengan bekerja. Yang kedua kita harus terus dan selalu berdoa, memohon kepada Allah agar dilapangkan rizkinya. Ketiga kita pasrahkan, kta serahkan keputusannya kepada Allah swt agar menjadi berkah. Dan yang keempat setiap kiota mendapat rziqi, jangan lupa kita sedekahkan (DIZAKATI) 2.5 % atau 5 % atau 10 % terserah yang penting setiap ANDA mendapat rizki sedekahkan kepada Anak-anak yatim, fakir miskin, membantu pendidikan anak terlantar dan lain-lain yang membutuhkan.
Langkah-langkah meraih rizki :
1. Sholat Dhuha minimal 2 rakaat. (Baca buku Rahasia Shalat Dhuha)
2. Membaca surat Al-Waqi'ah sehari minim satu kali atau dua kali setiap selesai shalat shubuh dan maghrib. Dan setelah membaca surat Al-Waqiah berdoa :
اللهُمَّ يَا اَحَدُ يَا وَاحِدُ يَامَْوجُوْدُ يَا جَوَّادُ يَا بَسِيْطُ يَا كَرِيْمُ يَا وَهَّابُ يَا ذَا الطَّوْلِ يَا غَنِيُّ يَا مُغْنِي يَا فَتَّاحُ يَا رَزَّاقُ يَا عَلِيْمُ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ
اللهُمَّ يَا حَمِيْدُ يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيْدُ يَا رَحِيْمُ يَا وَدُوْدُ أَغْنِنِي بِحَلالِكَ عَنْ حَرَمِكَ وَاغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ وَاحْفَظْنِي بِمَا حَفِظْتَ بِهِ الذِّكْرَ وَانْصُرْنِي بِمَا نَصَرْتَ بِهِ الرُّسُلَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَئٍْ قَدِيْر
(Baca buku Rahasia Surat Al-Waqi'ah)
3. Membaca sholawat kepada Nabi. Bacaan shalawatnya bebas artinay Anda memilih yang panjang silahkan, memilih yang pendek silahkan, yang penting sehari se malam jangan sampai kurang dari seribu kali (1000 kali).
Boleh membaca sholawat yang pendek seperti ini :صَلَّى الله عَلَى مُحَمَّدْ (Baca Buku Fadhilah Sholawat kepada Nabi)

KLIK Juga ini :

http://www.formulabisnis.com/?id=albaroni
atau ini :

09 Januari 2009

MESIN PENCETAK UANG

Apakah anda ingin bisa cepat pergi haji ? punya mobil, rumah dan properti lainnya? klik disin

SOROGAN

Sorogan adalah istilah yang biasa dipakai dalam dunia pendidikan di pondok pesantren salafiyah. Salafiyah adalah kebalikan dari modern. Pondok Modern seperti Gontor Ponorogo.
Pondok Pesantren, selanjutnya disebut ponpes, yang Salafiyah banyak sekali, karena memang pertama kali ponpes berdiri masih berbentuk salafiyah. Yang pertama kali membuka ponpes adalah Sunan Ampel (salah satu wali songo yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa) yang nama aslinya Raden Rahmatullah beliau mendirikan ponpes di daerah Ampel denta Surabaya, maka beliau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel.Ponpes salafiyah di tanah Jawa seperti Ponpes Lirboyo, Ponpes Ploso, Ponpes Bendo Pare semuanya di Kediri. Ponpes MUS di Sarang Rembang, Ponpes Roudlotut Thalibin Rembang Jawa Tengah. Ponpes Syaekhona Kholil di Bangkalan Madura. Ponpes Salafiyah di Situbondo Jatim, Ponpes Blokagung Jajag Banyuwangi dan masih banyak lagi.
Menurut data depag jumlah Ponpes di Indonesia ada 12 ribu lebih. Semuanya mempunyai model pendidikan sendiri-sendiri. Tetapi metode sorogan masih banyak dipakai dibeberapa ponpes salaf, walaupun salafiyah sudah menggunakan klasikal. Walaupun materinya masih salafiyah, tetapi sudah di kelas-kelas dan berjenjang. Ada tingkat Ibtidaiyah atau Ula, ada tingkat Tsanawiyah atau wustho dan ada tingkat Aliyah atau Ulya.
Dari sini bisa dipahami, bahwa yang dinamakan ponpes salafiyah adalah ponpes yang hanya mengajarkan materi kitab-kitab salaf atau kitab kuning, tidak ada materi umum.
Pengertian sorogan adalah model pembelajaran dengan cara murid yang aktif, yaitu murid menghadap guru dengan membawa kitab yang sudah ditentukan, kemudian murid membaca kitab tadi dan guru menyimaknya. Apabila ada kesalahan dalam membaca baik segi nahwunya, shorofnya maupun memberi maknanya, maka guru baru menegurnya dan membetulkannya.
Maka dalam metode sorogan, seorang murid harus mempersiapkan diri sebelum menghadap guru, karena kadang-kadang seorang guru menanyakan kepada murid "kenapa ini kamu baca dlommah, "