18 Januari 2009

WIRIDAN SETELAH SHALAT 5 WAKTU

WIRID-DZIKIR SETELAH SHALAT
Diriwayatkan dari Sahabat Tsauban, ia berkata; bila usai mengerjakan shalat, Rasulullah SAW membaca istigfar 3 kali
أسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيْمِ
lalu membaca:
اللّهُمَّ أنْتَ السَلام وَمِنْكَ السَّلام تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلالِ وَالإكْرَامِ
(HR Muslim)
Hadits lain yang diriwayatkan Abu Hurairah RA :
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَْهُ قَالَ، قَالَ أَبُوْ ذَرٍّ يَا رَسُوْلَ الله ذَهَبَ اَصْحَابُ الدُثُوْرِ بِالاُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ وَلَهُمْ اَمْوَالٌ يَتَصَدَّقُوْنَ بِهَا وَلَيْسَ لَنَا مَالٌ نَتَصَدَّقُوْنَ بِهِ فَقَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم يَا أَبَا ذَرٍّ أَلاَ أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ تُدْرِكُ بِهِنَّ مَنْ سَبَقَكَ وَلاَ يَلْحَقُكَ مَنْ خَلْفَكَ إِلاَّ مَنْ أَخَذَ بِمِثْلِ عَمَلِكَ قَاَل بَلَى يَا رَسُوْلَ الله قَالَ تُكَبِّرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاثاً وَثَلاثِيْنَ وَتَحْمَدُهُ ثَلاثاً وَثَلاثِيْنَ وَتُسَبِّحُهُ ثَلاَثاً وَثَلاثِيْنَ وَتَخْتِمُهَا بِلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوْبُهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ ( رواه ابو داود)
Artinya : “Dari Abu Hurairah RA, bahwa Abu Dzar RA bertanya kepada Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah orang-orang kaya mempunyai banyak pahala. Mereka melaksanakan shalat sebagaimana kami mendirikan shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka, namun kami tidak memiliki harta yang dapat kami sedekahkan”. Lalu Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Dzar maukah aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang bisa menyamakan derajatmu dengan orang-orang yang mendahuluimu, dan orang-orang yang datang sesudahmu tidak akan dapat menyamaimu kecuali kalau mereka juga membaca kalimat itu. Abu Dzar menjawab “Iya wahai Rasulullah.” Maka kemudian Rasulullah bersabda, “Hendaknya kamu membaca takbir 33 kali, tahmid 33 kali, tasbih 33 kali setiap setelah shalat, kemudian diakhiri dengan bacaan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (la ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qadir) maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun seperti buih dilautan.”
Hendaknya, memang, wiridan tidak dibaca terlalu keras jika masih ada yang mengerjakan shalat atau tidur agar tidak mengganggu. Akan tetapi sudah menjadi kebiasaan di pesantren santri yang terlambat melalukan shalat (makmum masbuq) tidak terlalu banyak, dan tetap mengucapkan wirid dengan suara keras akan sangat bermanfaat buat santri yang lainnya, Para ulama membolehkan imam membaca wirid atau doanya dengan suara keras bila imam bermaksud mengajarkannya kepada para santri atau makmum. (Lihat Mughnil Muhtaj I, hal 182).
Dikisahkan, Sahabat Umar bin Khattab selalu membaca wirid dengan suara lantang, berbeda dengan Sahabat Abu Bakar yang wiridan dengan suara pelan. Suatu ketika nabi menghampiri mereka berdua, dan nabi lalu bersabda: Kalian membaca sesuai dengan yang aku sampaikan. (Lihat al-Fatâwâ al-hadîtsiyah, Ibnu Hajar al-Haitami, hal 65).
Berdzikir (wiridan) dengan suara keras (jahr), setelah shalat maktubah atau shalat sunah, menurut kesepakatan (ijma’) para Ulama’ hukumnya sunah, karena hal itu sudah menjadi kebiasaan Rasulullah Saw, sebagaimana yang di terangkan dalam hadits-haditsnya :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ اَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ اَعْلَمُ اِذَا انْصَرَفُوْا بِذَلِكَ اِذَا سَمِعْتُهُ. رواه البخارى ومسلم
Artinya : “ Dari Ibnu Abbas r.a, ia menceritakan : bahwa sesungguhnya mengeraskan suara dengan dzikir ketika orang-orang selesai shalat fardlu itu sudah terjadi sejak zaman Rasulullah Saw. Ibnu Abbas menjelaskan lagi; aku dapat mengetahui bahwa mereka telah selesai shalat, demikian itu kebetulan aku mendengarnya”. HR. Imam Bukhari.
اَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ اَخْبَرَهُ اَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ لِلذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ ذَلِكَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَتَ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ : كُنْتُ اَعْلَمُ اِذَا انْصَرَفُوْا بِذَلِكَ وَاَسْمَعُهُ . رواه ابوداود.
Artinya : “Sesungguhnya Ibnu Abbas menceritakan, bahwa mengeraskan suara untuk dzikir ketika orang-orang selesai shalat fardlu itu adalah sudah terjadi sejak zaman Rasulullah Saw. Kata Ibnu Abbas : aku ketahui yang demikian itu ketika mereka selesai shalat dan aku juga mendengarnya “. HR. Imam Abu Dawud.
BACAAN DZIKIR YANG DIBACA RASULULLAH SAW.
Dzikir atau wirid yang di contohkan oleh Rasulullah SAW banyak sekali, namun di sini akan kami nukilkan beberapa hadits dzikir Rasulullah SAW yang sudah biasa diamalkan oleh kaum muslimin / nahdliyyin, diantaranya :
عَنْ اَبِى عَمْروٍ بْنِ مُرَّةَ قَالَ : سَمِعْتُ بِلاَلَ بْنِ يَسَارٍ بْنِ زَيْدٍ مَوْلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَمِعْتُ اَبِى يُحَدَّثَنِيْهِ عَنْ جَدِّى اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِى لاَإِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ، غُفِرَ لَهُ وَاِنْ كَانَ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ. رواه ابوداود.
Artinya : “ Dari Abu Amrin bin Murrah ia berkata : aku mendengar Bilal bin Yasar bin Zaid anak angkat Nabi Saw, ia berkata ; aku mendengar ayahku menceritakannya dari kakekku bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw, bersabda :”Barangsiapa mengucapkan:
َ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِى لاَإِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ (aku memohon ampunan Allah, yang tiada Tuhan kecuali Dia, Yang Maha hidup Yang berdiri sendiri dan aku taubat kepada-Nya ), maka diampunilah dosanya sekalipun (dosa) lari dari musuh”. HR. Imam Abu Dawud
عَنْ ثَوْبَانَ : اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ يَقُوْلُ "اَللهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ". رواه ابن ماجه.
Artinya : “Dari Tsauban berkata ; bahwa Rasulullah SAW, apabila selesai dari shalatnya membaca Istighfar tiga kali kemudian mengucapkan : اَللهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. HR. Imam Ibnu Majah.
عَنِ الْمُغِيْرَةَ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَا فَرَغَ مِنَ الصَّلاَةِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رواه مسلم
Artinya : “Dari Mughirah bin Syu’bah, bahwa Rasulullah Saw, apabila selesai dari shalatnya dan salam mengucapkan : “لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (Tiada Tuhan melainkan Allah Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagiNya puji-pujian dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu )”. HR. Imam Muslim.
عَنْ عَلِىٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ قَرَأَ أَيَةَ الْكُرْسِيِّ فِى دُبُرِ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ فِى ذِمَّةِ اللهِ اِلَى الصَّلاَةِ اْلأُخْرَى . رواه الطبرانى باءسناد حسن.
Artinya : “Dari ‘Ali r.a, sesungguhnya Nabi Saw, bersabda : Barangsiapa membaca ayat Kursiy setelah selesai shalat fardlu (maka) dia dalam penjagaan Allah sampai pada shalat yang lain”. HR. Imam Thabrani, dengan sanad yang bagus.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ٌقَالَ : مَنْ سَبَّحَ اللهَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَحَمِدَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَكَبَّرَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ تِلْكَ تِسْعٌ وَتِسْعُوْنَ ثُمَّ قَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ غُقِرَتْ لَهُ خَطَايَاهُ وَاِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ. رواه احمد والبخارى ومسلم وابو داود.
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa membaca tasbih (سبحان الله) setiap selesai shalat 33 kali dan bertahmid (الحمد لله) 33 kali dan bertakbir (الله اكبر) 33 kali, maka yang demikian itu berjumlah 99 kali, kemudian mengucapkan (لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ), sebagai sempurnanya 100 kali, maka diampunilah kesalahannya (dosanya) sebanding buih lautan”. HR. Imam Ahmad, Imam Bukhariy, Imam Muslim dan Imam Abu Dawud.
KESIMPULAN :
Hukum wiridan setelah shalat fardlu adalah sunnah, berdasarkan hadits-hadits yang telah disebutkan diatas.

Tidak ada komentar: