04 April 2009

Masdar: Tak Perlu Dikotomi Kultural-Struktural NU

Ygyakarta, LTNNU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas’udi meminta berbagai elemen warga NU (Nahdiyin) untuk tidak mengidentifikasi diri ke dalam kelompok kultural maupun struktural NU. Kelompok kultural sering diidentikkan dengan Nahdliyin yang mengamalkan tradisi-tradisi Ahlussunnah wal Jamaah, sementara yang stuktural adalah Nahdliyin yang aktif dalam keorganisasian NU.

”Sudahlah, hentikan pembicaraan kultural struktural. Jangan sampai ada yang mengatakan ’Ah saya ini NU kultural saja’,” kata Masdar di depan para peserta Halaqah Nasional Alim Ulama NU bertema Etika Politik dan Visi Kebangsaan Khittah NU, di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Kamis (2/4).

Menurutnya, beberapa elemen Nahdyiyin yang mengaku sebagai warga kultural perlu meredefinisi diri. NU, katanya, adalah sebuah organisasi struktural yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ary.

”Kalau kultural saja seperti mengadakan maulid Nabi, tahlil, atau membaca doa qunut tanpa NU pun sudah ada. Struktur tanpa tahlil ya tidak akan kokoh. Sementara tahlil tanpa struktur ya ia cuma kebetulan saja, given, tanpa harus ada NU,” tambahnya.

Dikatakannya kultural mengacu pada kaidah al-muhafadzah alal qadimis shalih atau memelihara tradisi lama yang baik, dan sturktural atau pendirian organisasi NU adalah al-akhdzu bil jadidil ashlah atau mengambil hal baru yang lebih baik. Kedua hal ini saling terkait dalam kontek Nahdliyin.

Lebih dari pendekatan dikotomis kultural-struktural, menurut Masdar, Nahdliyin harus memperkuat keorganisasian NU, dan masjid menjadi prasyarat untuk melakukan itu.

”Masjid harus menjadi basis NU di masa depan. Tiap masjid dibentuk kepengurusan. Nanti para pemudanya bergabung dengan Ansor, pelajarnya dengan IPNU atau IPPNU, dan seterusnya,” katanya.

Dengan begitu Nahdliyyin juga akan dekat dengan para pengurus NU. Nahdyin bisa bertemu dengan Rais Syuriahnya kapan saja asal ia pergi ke masjid, dan menyampaikan pertanyaan atau usulan apa saja.

”Jadi dengan begitu NU ini sumbernya adalah umat dan basisnya di tempat yang paling di berkahi yakni masjid-masjid. Maka mulai sekarang kita perlu memasang gambar NU tidak hanya di rumah-rumah, tetapi di masjid-masjid,” katanya. (nam)

Tidak ada komentar: